Happy Reading!
-II-
Kevin membawa Zura ke taman belakang rumahnya. Mereka berdua duduk diam dengan pikiran masing-masing sampai deheman Kevin membuyarkan keheningan tersebut.
"Maaf."
Zura menoleh menatap lelaki di sebelahnya. Gadis itu menatap dalam, mendalami setiap garis wajah lelaki yang telah mendiamkannya tanpa kata selama satu bulan terakhir.
"Maaf gue ngediemin elo tanpa alasan." Kevin menghembuskan nafas pelan, terlihat sangat menyesal dan mendongak menatap Zura dalam. Gadis itu tidak menyaut, menegaskan bahwa ia hanya ingin mendengarkan penjelasan.
"Gue nggak tau harus mulai dari mana. Tapi jikalau ada satu alasanpun untuk gue mendiamkan lo. Itu karena gue kecewa." Zura mengangkat tinggi alisnya, tanda tidak percaya dan heran.
Kecewa?
"Gue tau ini lucu. Aneh bahkan, tapi benar gue kecewa karena waktu itu lo pulang sama Leo dan bukan gue."
"Ini salah. Enggak seharusnya gue ngerasain ini, malah harusnya gue berterimakasih sama Leo karena udah nganterin lo dengan selamat sampai rumah."
"Tapi Ra..." Kevin menghadapkan diri sepenuhnya kepada gadis di sebelahnya, yang sudah menatapnya dalam sedari tadi tanpa mengalihkan pandangan.
"Entah kenapa, perasaan gue menolak untuk biasa aja. Gue kecewa karena waktu sampai di sekolah lo bilang akan pulang sama gue. Dan... dan... gue enggak tau kenapa rasanya sekecewa ini."
"Gue berusaha nyari jawabannya selama sebulan ini sambil jauhin lo. Mungkin selama itu gue bisa mendapatkannya. But nothing."
"Sekali lagi maafin gue atas sifat kekanak-kanakan yang enggak seharusnya ada ini."
Zura mendongak menghadap langit malam, gadis itu entah kenapa tidak ingin mengeluarkan suara sama sekali. Pikirannya penuh, sibuk menerka-nerka segalanya sendirian.
Kevin kecewa? Untuk apa?
Gadis itu menoleh pelan, mengulurkan tangan dan menepuk puncak kepala Kevin sayang.
"Gue maafin."
"Hemm?" Kevin tampak tidak percaya dan membulatkan matanya penuh.
"Iya gue maafin. Jangan diulangi lagi ya diemnya. Gue jadi ikutan sedih."
Kevin tersenyum tulus, lelaki itu bergerak memeluk Zura dan dibalas olehnya. Senyaman ini persahabatan mereka.
"Beberapa bulan lagi gue ada olimpiade Matematika sama Hazel." Tutur Kevin dengan masih memeluk Zura.
"Oh. Semangat."
"Thanks."
Dan Kevin tidak pernah tau bahwa Zura menangisinya malam itu. Menangisi perasaannya yang salah dan tidak pada tempatnya. Bahwa ia baru sadar mengapa sempat menitihkan air mata ketika Kevin memeluk Hazel di pesta malam itu.
Zura telah jatuh sedalam itu kepada sahabatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Relationship (END)
Ficção AdolescenteEND : 14-08-2020 Benar memang. Tidak akan pernah ada kata sahabat antara seorang lelaki dan perempuan. Gadis itu telah membuktikannya. Ezzura Nathania Avarell, gadis cantik anggota kelas XI IPS 1 yang terlampau cuek dan masa bodoh dengan lingkungan...