Sìshíliù

21 4 0
                                    

Happy Reading!

-II-

Pukul delapan malam dan Alvin sudah dipindahkan ke ruang dawat inap, Zura sangat bersyukur karena operasi adiknya itu berjalan cukup lancar. Ketika Zura ingin menemui Grace dan mengenalkannya pada kedua orangtuanya, Grace sudah lebih dulu menghilang.

Zura juga tidak mengerti ada hal apakah yang terjadi di antara adiknya dengan gadis manis itu. Terlepas dari itu semua Zura tetap akan terus mengucapkan terimakasih kepada teman Alvin satu itu atas bantuannya kepada Alvin.

Zura sedang menyantap burger McD dan McFlurry nya di koridor ketika sebuah suara ketukan sepatu datang kian mendekat. Gadis itu acuh saja, mungkin tetangga sebelah atau siapa. Namun suara itu semakin mendekat ke arahnya dan berhenti tepat di depan pintu ruang rawat Alvin.

Zura mendongak perlahan, hanya untuk mendapati sepasang manik indah berkilau menatapnya datar.

"Ini kamar Alvin kan?"

"Iya. Masuk aja di dalam ada bunda." Zura berusaha mempertahankan senyumnya yang kian pudar ketika mengetahui gadis di depan pontu tadi tidak membalas senyuman itu sama sekali. Bahkan untuk membalas, melirik pun gadis itu tidak.

Ya. Gadis itu adalah Hazel, sahabat kecil Zura sejak lahir. Zura menghela nafas berat, ia segera menyelesaikan acara makan malamnya dan ikut memasuki ruang rawat Alvin.
Adiknya itu masih belum sadar akibat pengaruh obat bius.

"Nah itu Zura, sini Ra." Shofi melambaikan tangan kepada Zura, menepuk sofa kosong di sebelahnya untuk di duduki oleh anak perempuannya.

Zura pun menurut dalam diam, menyimak setiap obrolan Hazel dengan ibunya dan sesekali menimpali. Walaupun respon Hazel yang sangat kentara memperlihatkan bahwa gadis itu enggan berbicara dengannya menghentikan usaha Zura.

"Tapi kondisinya baik-baik aja kan tan?"

"Iya Zel, tadi dokternya bilang Alvin punya keinginan buat sembuh, dilihat dari respon baik tubuhnya waktu operasi."

"Syukurlah kalau begitu." Hazel tersenyum tulus, membuat rasa bersalah kian merebak di hati Zura. Bagaimana bisa ia menyakiti gadis selugu ini?

"Tante Hazel pamit dulu ya, besok ke sini lagi aku bawain red velvet kesukaan Alvin."

"Makasih banyak sayang, kamu sendirian?"

"Iya tante."

"Naik apa?"

"Mobil tan."

"Yaudah deh hati-hati ya." Shofi menerima uluran tangan dari Hazel kemudian bergerak mencium pipi sahabat anak gadisnya itu bergantian. Ketika Hazel sudah beranjak ke luar ruangan, Zura segera mengikuti langkahnya cepat. Mereka harus bicara.

"Zel?" Panggil Zura lirih ketika mereka sudah benar-benar berada di luar ruangan.

"Hmm?" Hazel memandangnya datar, tampak enggan berbasa-basi dan menyuruh Zura melanjutkan kalimatnya.

"Gue minta maaf."

"Buat?"

"Gue nggak beneran ada apa-apa sama Kevin. Kalau itu yang ngebuat lo berubah gini."

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang