Happy Reading!
Playlist : Lee Hi - My Love
-II-
Bela e coloratta caffé
San Francisco, 15.30
Wanita itu terpekur lama, memandang pada megahnya jembatan golden gate di hadapannya dengan kosong.
Dua minggu berlalu sejak kabar menyesakkan itu datang, dua minggu juga sudah berlalu setelah wanita itu menyelesaikan seluruh ceritanya.
Benar. Ia adalah Zura, Zura yang kini tak pernah memandang sekelilingnya dengat tatapan hangat seperti dulu.
Zura yang hanya ingin mengenang segalanya dari awal, mengingatkan diri sendiri bahwa dia harus bersyukur sudah memiliki masa remaja seberwarna itu. Tidak sepatutnya berharap lebih dan memaksakan keadaan demi perasaannya.Mengenang semuanya untuk terakhir saja, sebelum semuanya berubah. Sebelum kesempatan-kesempatan apapun itu hilang.
Kevin-nya akan menjadi milik orang lain, Hazel-nya akan bahagia. Relakan, bisiknya berulang dalam hati.
Zura bergerak melirik jam yang tertera pada macbooknya. Pukul setengah empat, Nara pasti akan memarahinya karena ia hanya berjanji pergi sampai pukul dua siang. Besok pagi ia dan Nara akan mengikuti penerbangan menuju Seoul, Korea Selatan. Kampung halaman Nara sekaligus tempatnya mencari tameng. Ya. Zura ingin pergi sejauh-jauhnya dari siapapun itu di Indonesia. Bahkan ia tak mengabari sama sekali keluarganya.
Pertunangan Hazel dan Kevin diundur sampai Februari awal, tepatnya satu minggu lagi. Pada saat itu ia dan Nara masih berada di Korea, Zura sangat bersyukur memiliki Nara sebagai temannya. Gadis itu tidak banyak bertanya dan memprotes ketika Zura berkeinginan memajukan jadwal keberangkatan mereka.
Sebelum menutup laptop Zura tanpa ragu membuka aplikasi surel dan menuliskan email untuk Kevin. Sebuah email berisi surat mengenai segala yang belum ia sampaikan kepada lelaki itu, menyelesaikan apa yang belum tuntas agar tak terjadi keributan di masa depan. Sekaligus menjawab pertanyaan lelaki itu saat di Kalibata.
Kali ini Zura ingin egois, karena ia juga butuh melegakan dirinya, setidaknya agar ia tak terus terbebani dengan perasaan yang terpendam.
Surat yang memang telah ia persiapkan sejak semalam itu kini telah terkirim kepada lelaki tujuannya. Zura bergegas membereskan barangnya dan menghampiri kasir untuk membayar pesanannya. Petugas kasir tersenyum ramah, begitu juga dengan beberapa pelayan yang menyampaikan sampai jumpa dan hati-hati di jalan kepadanya.
Zura berjalan perlahan menyusuri jalanan setapak menuju halte bus terdekat. Ia akan berangkat menuju stasiun dan menaiki kereta jurusan pusat kota California. Wanita itu mendongak mendapati salju yang masih saja turun walaupun tipis, ia tersenyum senang karena telah menuntaskan mimpinya. Berjalan-jalan di sekitar Golden Gate.
Kini Zura sudah berada pada salah satu kursi penumpang kereta yang akan membawanya kembali menuju pusat kota California, kereta tidak terlalu ramai karena memang hari sudah beranjak malam. Ia memalingkan pandangan menuju jendela dan mulai memikirkan surat yang telah ia kirimkan kepada Kevin.
Hari berikutnya. Jakarta, Indonesia 20.00 PM
Hari sudah menjelang malam ketika Kevin Nicholas Alexander membuka macbooknya di balkon apartemen. Lelaki itu berniat mengecek emailnya untuk kepentingan pekerjaan, dengan ditemani secangkir cokelat panas dan langit tanpa bintang. Benar-benar hampa.
Kevin mendongak melihat langit sekali lagi, memejamkan mata pelan dan menghembuskan nafas berat. Kenapa perasaannya setidak tenang ini?
Satu minggu lagi adalah hari pertunangannya dengan Hazel, hari yang harusnya membahagiakan itu kini tampak hambar di mata Kevin. Bagaimana bisa ia memikirkan wanita lain disaat ia akan bertunangan dengan Hazelia? Bahkan mencemaskan wanita yang menghilang darinya tanpa kabar secara tiba-tiba itu sampai sebegininya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Than Relationship (END)
Fiksi RemajaEND : 14-08-2020 Benar memang. Tidak akan pernah ada kata sahabat antara seorang lelaki dan perempuan. Gadis itu telah membuktikannya. Ezzura Nathania Avarell, gadis cantik anggota kelas XI IPS 1 yang terlampau cuek dan masa bodoh dengan lingkungan...