Shísì

87 8 2
                                    

Jika mencintaimu adalah dosa lalu aku harus apa untuk membuat Tuhan memaafkanku?

Happy Reading!



-||-

"Monyet!"

Zura memutar bola mata malas melihat pesan via bb yang dikirimkan Kevin padanya.

"Apaan njing!"

"Sans ae dong, mbk nya no gass gass"

"Apasi Vin?!!"

"Sepi bet ni, btw😥😥"

"Teruss?😑"

"Gue telpon ye?"

"Hah?"

Beberapa detik setelah Zura mengirimkan pesan kebingungannya, sebuah notifikasi panggilan suara muncul dilayar hp yang sedang Ia pegang. Lelaki itu tidak main-main.

"Malem kebo..."

"Tadi monyet sekarang kebo..."

"Iya kan lo beraaaat kayak kebo. Tapi lucu kayak monyet."

"Tau darimana gue berat? Emang lo pernah gendong gue?"

"Belum sih, tapi mau? Sini!"

"Ih najis."

"Huh dedek bahasanya kasar bener."

"Bodo."

"Sekali lagi dapet gelas."

"Bego ya lho!"

"Sekali lagi dapet piring."

"Shit!"

"Yaaa! Selamat! Satu piring cantik dan satu gelas ganteng!"

"Apaan sih Vin? Gue tutup ya!"

"Eh jangan dong! nanti gue kesepian lagi."

"Salah sendiri nggak jelas."

"Lagi ngapa lo?"

"Ini liatin bintang."

Sekilas Zura dapat mendengar tawa Kevin yang mampu menggetarkan hati kecilnya.

"Lo?"

"Lagi nungguin nyokap tutup cafe."

"Ooh..."

"Yaudah ya Ra, mama udah ngajak balik nih."

"Oke, salamkan tante."

"Ma! dapat salam dari Zura!"

Gadis itu meringis pelan, malu sekali. Lagipula bagaimana bisa Kevin berteriak-teriak kepada ibunya sendiri? Dasar anak aneh.

"Ya nggak usah teriak-teriak juga."

"Hehe... Sori-sori"

"hmm..."

"..."

"Yaudah sana."

"Ngusir nih?"

"Ih! Enggak!"

"haha... iya iyaa, night babe."

"Kalo katanya Alvaro najis alay baper."

"Hahaha."

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang