140 12 14
                                    

Happy Reading!

-||-

Bella e Colorata Caffè,
San Francisco
08:13 AM

"Tout a changé à partir de là." Lirih wanita itu sambil menangkupkan kedua tangan pada gelas yang berisi cokelat panas namun sudah tidak terasa lagi panasnya.



"Zura pulang!" Teriak gadis bersepatu converse putih itu saat kakinya memasuki lantai rumah yang selalu diselimuti hawa menentramkan.

"Nggak harus teriak-teriak juga lah kak!" Liem yang baru saja menuruni tangga sampai terheran-heran dengan kelakuan anak sulungnya itu.

"Hehe, maaf yah! Loh ayah nggak praktek? " Zura nyengir lebar di depan Ayahnya yang sudah menggeleng-gelengkan kepala gemas.

"Ayah kan sift pagi tadi. Ada apa nih? Kok anak ayah kelihatan bahagia banget hari ini?" Liem bertanya santai setelah ayah dan anak itu duduk di sofa bersama.

"Hah? Bahagia? Nggak kok yah, kakak biasa aja!"

"Biasa gimana? Orang dari masuk rumah senyum-senyum mulu."

"Enggak yah beneran!"

"Lagi ngomongin apa sih? Seru banget kayaknya?" Celetuk Shofi ibu Zura sambil berjalan dari arah dapur membawa secangkir teh dan sebotol air mineral.

"Ini loh bun, anak bunda lagi nyembunyiin sesuatu dari tadi senyum-senyum mulu." Jelas Liem sambil mengerlingkan matanya jahil pada Zura.

"Ooh... jangan-jangan Zura lagi falling in love nih yah, inget kan waktu dia kelas delapan SMP dulu."

Liem tertawa hebat mengiangat kenangan lama itu. Zura yang dengan polosnya meminta izin untuk berpacaran saat masih kelas delapan, benar-benar memalukan.

Sementara yang ditertawakan hanya mendengus sebal dan menghentak-hentakkan kakinya asal. Zura benar-benar kesal melihat kedua orang tuanya menggoda dirinya dengan mengingatkan masa lalu menjijikkan itu. Dia kan masih polos dan lugu waktu itu ya wajar saja.

"Udah ah Zura sebel! Zura nggak lagi falling-falling-an ya yah, bun.  Udah cukup satu kali aja dan nggak bakal keulang titik! Dadah yah, bun, Zura mau mandi." Kelakar Zura sembari bangkit menuju kamarnya dan tak lupa mencium sekilas kedua pipi orang tuanya.

Zura mendudukkan badannya di kasur empuk ber-sprei biru dongker, ia menoleh ke arah kanan.

"Alviiiin!" Zura berteriak sebal karena melihat sekeranjang coklat aneka merek kembali memenuhi meja belajarnya.

"Bun Alvin mana?" Tanya Zura kepada Shofi di dapur.

"Masih ekstra kayaknya. Tadi sempat pulang siang terus balik sekolah lagi."

"Bun, Alvin naruh coklat lagi di kamar aku." Bibir Zura mengerucut lucu.

"Berkah punya adik cogan lah kak, disyukuri aja haha."

"Awas tuh ya! Gue jejelin satu-satu nih coklat ke mulutnya kalau udah sampai!"

"Udah-udah, mendingan kamu mandi sekarang habis itu makan malam sekalian nunggu Alvin."
Shofi yang melihat anaknya sedang mendumel sebal hanya bisa tersenyum lembut.

"Iya bunda."

30 menit Zura menghabiskan waktu untuk membersihkan diri dan mengganti baju, setelah siap dengan sweetpants hitam dan sweater rajut pink panjang yang menenggelamkan tangannya, Zura segera duduk di depan meja rias dan mencepol rambutnya asal.

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang