SìshíQī

26 3 0
                                    

Happy Reading!

-II-

Hari Senin pagi, Zura berjalan cepat menuju kelasnya mengabaikan tatapan sinis yang masih saja ia temukan di sepanjang koridor kelas XII. Namun tak sedikit juga yang menyapanya ramah, setidaknya hal itulah yang membuat Zura masih mau bertahan. Masih ada setitik orang yang menganggapnya teman, bukan bahan bullyan.

Zura berangkat bersama Kevin tadi, disaksikan beribu pasang mata ketika ia turun dari boncengan lelaki itu. Bukannya Zura yang meminta, sejak pukul enam pagi tadi lelaki tampan itu sudah duduk manis di sofa ruang rawat inap milik Alvin. Entah apa motivasinya.

Kevin memaksanya berangkat bersama, dan Zurapun tidak ada alasan menolak karena biasanya memang seperti itu.

Sesampainya di kelas, Zura segera mengambil topi dan dasinya di dalam tas. Ia terus mencari hingga akhirnya menjerit sebal karena tidak bisa menemukan topi abu-abu miliknya.

"Woy anjir! Gue gak bawa topi." Zura berteriak nyaring, membuat seisi kelasnya menengok sambil mendelik heran.

"UKS aja sana." Oriel si mantan ketua ekskul basket sekolahnya menimpali. Teman-temannya yang lain pun langsung mengangguki.

Sebagai catatan, kini Zura dan teman-temannya sudah memasuki kelas XII semester akhir dan akan segera melaksanakan Ujian Nasional. Mereka pun sudah tidak mengikuti kewajiban ekstrakulikuler dan hanya menjadi pendamping bagi adik kelas.

Posisi Kapten dan Wakil Kapten di ekstrakulikuler voli yang telah membuat Zura bertemu Kevin kini sudah berganti kepada adik kelas. Zura dan kawan-kawan hanya tinggal fokus menghadapi Ujian yang kian dekat di depan mata.2

"Nggak mau! Nanti gak ketemu dedek ganteng paskib."

"Yeee itu sih mau lo." Bela teman sebangkunya bergerak menoyor kepala Zura keras, membuat gadis itu tak tahan untuk tidak mengumpat.

"Udah buru keluar, lo berdiri di belakang Hansel biar nggak kelihatan guru." Adri kini datang menengahi, cowok itu memanglah ketua kelas terbaik dan tersayangnya.

"Oke pak boss! Yok berangkat!"

Rombongan kelas XII IPS 1 berjalab melewati koridor dengan santai. Ada yang saling dorong, berlari-lari seperti anak TK, dan bahkan saling tendang satu sama lain. Zura berjalan anteng dengan teman-teman ceweknya yang memang minoritas.

Sesampainya di lapangan Zura segera memasuki barisan di belakang Hansel dan Riko dua cowok tertinggi sekelas XII IPS 1. Topi sekolah miliknya tertinggal di rumah dan Zura tidak sempat mengambil.

Upacara kali ini tidak berjalan cukup lama karena pembinanya merupakan bapak Kepala Sekolah. Beliau adalah tipikal orang yang tidak suka berbasa-basi dan menyampaikan intinya saja. Semenyimak Zura beliau hanya berbicara sebentar mengenai Ujian Nasional kelas dua belas yang sudah ada di depan mata.

Upacara pun selesai dan seluruh murid segera kembali ke kelas masing-masing. Berbeda dengan Zura yang ingin pergi ke toilet terlebih dahulu.

Sampai di depan cermin wastafel Zura dapat melihat pantulan dirinya sendiri di sana. Gadis itu sendirian kini, toilet sedang sepi mungkin murid-murid lebih memilih menyegerakan diri memasuki kelas untuk menikmati AC.

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang