SānshíBā

34 4 0
                                    

Happy Reading!

-II-

Pukul setengah sepuluh malam, Kevin membelokkan mobilnya menuju sebuah gedung yang terlihat cukup besar dari depan. Ketika sudah sampai parkiran Ia membuka pintu mobil dan segera mengajak Zura turun.

"Ini di mana Vin?"

"Katanya mau dansa?"

Zura hanya mengangguk pasrah ketika Kevin menggenggam tangannya erat dan menuntunnya ke dalam gedung tersebut. Kedatangan mereka disambut oleh seorang lelaki tampan berambut pirang yang sepertinya berusia sekitar tiga puluhan dengan setelan jas formal. Zura dapat melihat bahwa lelaki di depan mereka ini bukan warga lokal.

"Good evening sir Kevin." Lelaki itu tersenyum sambil menunduk sopan. Kevin menjabat tangannya dan balas menyapa lelaki itu.

"Oh. Hi James, long time no see you there."

"Sir Revan baru saja meninggalkan Alexander Pallace beberapa menit yang lalu."

"Oh... Papa dari sini juga? Ngapain?"

"Just ordinary check. And a little meeting. Than, nice to meet you Mrs?" James tersenyum sopan dan menunduk sekali lagi ketika melihat Zura di sebelah Kevin.

"Zura."

"Okay, Mrs. Zura. Can I help you something Sir?" James kembali berbicara kepada Kevin.

"Enggak kok, cuma butuh aula atas enggak dipakai kan malam ini?"

"Tentu. Akan segera kami siapkan silahkan." Kevin dan Zura dituntun untuk memasuki ruangan megah yang membuat Zura terkagum melihatnya. Banyak orang berdansa di tengah ruangan, ada juga yang tengah menikmati makan malam romantis di pinggir ruangan. Musik klasik terdengar sepenjuru ballroom megah ini. Dan Kevin terus menggandengnya menuju sebuah lift di arah pojok.

 Dan Kevin terus menggandengnya menuju sebuah lift di arah pojok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini semua punya keluarga lo?"

"Hemm, begitulah." Jawab Kevin santai. Membuat Zura tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

"Gue baru tau loh ada tempat ini di Jaksel."

"Dasar anak rumahan sih lo." Ejek Kevin membuat Zura tak tahan untuk tidak meninju lengan lelaki di sebelahnya ini. Mereka menaiki lift menuju lantai tiga bersama James yang setia menemani.

Ketika sampai di lantai tiga Zura semakin terkagum melihat pemandangan di depannya kini. Aula berpendar emas dengan ubin zic-zac berwarna senada dengan pilar-pilar kokoh penyokong ruangan. Namun yang membuat Zura semakin kagum adalah keberadaan sebuah grand piano hitam di tengah ruangan.  Tipikal keluarga Kevin, tidak jauh dari semua yang berbau musik. Aula ini sepi, tidak ada siapapun dan hanya mereka bertiga di sini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"

Oh ya James, saya mau main piano dulu. Setelah itu tolong putarkan musik klasik ya."

"Baik Sir." Ucap James lalu segera mengundurkan diri dari ruangan.

"Ayo ke sana." Kevin menunjuk grand piano di tengah ruangan dan menarik tangan kecil Zura ke sana.

Ia mendudukkan diri di kursi pemain dan menepuk sisa kursi di sebelahnya.

"Sini duduk. Muat kok berdua."

Zura tersenyum, tanpa pikir panjang duduk di sebelah Kevin dan menyentuh tuts piano di hadapannya. Ini adalah kali kedua Kevin mengajaknya bermaib piano, ketika itu di Club Music bersama Alvin juga dan saat ini.

"Gue mau main lagu. Lo dengerin aja yah." Tukas Kevin sambil menyengir polos.

"Iya buruan."

"Abis itu kita dansa deh."

"Iya Keviin... Buruan keburu jam 11."

"Hehehe. Iyadeh."

Bukan tidak tau, Zura sangat paham ketika tadi ayahnya berkata jam 11 malam kepada Kevin. Itu berarti ayah hanya memberinya waktu sampai jam 11. Tidak lebih.

Dentingan piano mulai terdengar keseluruh penjuru ruangan. Karena sepi, suara merdu yang dihasilkan tangan lentik Kevin semakin terasa. Zura memejamkan mata ketika tau lagu apa yang sedang Kevin mainkan. Ia bergerak menyandarkan kepalanya di bahu Kevin dengan tetap memejamkan matanya. Dan Kevin sama sekali tidak menolak kedekatan mereka.

Zura merasakan emosi Kevin yang menyatu dengan setiap nada yang lelaki itu ciptakan. Kevin seperti berada dalam lagu tersebut, ia terus menekan tuts mengikuti irama. Seperti sudah hafal betul dengan lagu yang sedan ia mainkan ini.

Bahkan Zura dapat menangkap setetes air mata jatuh dari manik kiri Kevin.

-II-

Hehe udah sih, segitu aja dulu wkwk.

Jumpa lagi besok kalo enggak ya lusa pas lebaran hehehe.

Salam #dirumahaja dan stay safe teman-teman!

Less Than Relationship (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang