[38] : Solidarity Is A little Weak

90 6 0
                                    

Setelah berlari menuju kantin asrama bersama dengan yang lainnya, makan dengan terburu-terburu, dengan berakhir tersendak. Radinka dan teman-temannya bersiap untuk latihan kemiliteran siang ini.

Radinka sudah siap, sementara teman-temannya masih bersiap. Radinka melihat kertas terselip di pintu kamar asramanya.

Itu apa? Batinnya bertanya-tanya

Dia pun dengan cepat mengambil kertas itu, amplop putih tidak ada tulisan sedikitpun. Radinka jadi ragu, apakah ini memang benar untuknya? Atau tidak?

Radinka pun menyobek amplop itu. Sebuah kertas selembar terselip di dalam amplop itu.

Jangan lengah. Kumohon. Semuanya bisa saja terjadi. Jangan pernah menyepelekan satu masalah sekecil apapun.

-A.M

Siapa yang ngirim surat ini? Dan kenapa harus ke gue? Batin Radinka

Apa maksud surat ini? Apa gue harus percaya sama apa yang ditulis di surat ini? Batinnya benar-benar penasaran

Dia pun melipat surat tersebut, dan memasukannya ke seku celananya. "Harus gue omongin sama Raka nanti."

"Kuylaah, udah siap semua kan?" tanya Radinka pada teman-temannya, serentak mereka mengangguk

Karena pada siang hari ini, Komandan Pasukan Garuda Muda herhalangan hadir dikarenakan ada urusan mendadak, para prajurit diperintahkan untuk menulis materi senjata di markas.

"Eh buset, banyak banget ini ya allah ya robbi!" teriak Chintya melihat fotocopyan yang baru saja dibagikan oleh Radinka

"Udahlah Chin syukuri ajaa," jawab Radinka menggelengkan kepalanya

"Waktu nulisnya sampe jam 14.50 WIB. Dilanjut sesi kedua di lapangan," ujar Raka memberikan pengarahan

"Kalo gak selesai gimana nulisnya?" tanya Kharisma sambil mengangkat tangannya

"Bawa pulang fotocopyannya," jawab Raka dengan datar, Kharisma pun mengangguk

Para prajurit mulai sibuk dengan tugas yang diberikan, sebagian juga masih bersantai-santai.

Raka duduk di samping Radinka, Radinka mulai berkosentrasi dengan kertas fotocopyannya, namun tiba-tiba dia teringat dengan sepucuk surat yang dia temukan di bawah pintu kamar asramanya.

Perlukah dia bicarakan dengan Raka sekarang? Atau nanti saja? Lalu dia pun kembali fokus dengan kertasnya.

Tak terasa waktu pun berjalan dengan cepat, jam menunjukkan pukul 15.10 WIB. Sesudah menyelesaikan sholat ashar, latihan mereka berlanjut di lapangan.

"Kali ini kita akan latihan menggunakan senapan AIAX970. Menurut informasi, senapan ini adalah senapan dengan model terbaru yang dikerjakan oleh Insitut Teknologi Bandung. Dengan tipe produksi AIAX, senapan ini dapat menembak jarak terjauh maksimal 100 meter." Raka menjelaskan dengan tegas

"Hingga saat ini baru tersedia sekitar dua puluh lima buah, jadi saya mohon untuk mempergunakannya dengan tertib dan hati-hati."

"Saat akan menembak, kita tak perlu eye one untuk mengatur dan menajamkan penglihatan. Karena di Senapan AIAX ini sudah terdapat pengaturan khusus yang dapat memudahkan sang pengguna."

Sementara Raka sedang menerangkan senjata yang akan mereka pakai latihan, Radinka sedang mencoba menggunakan senjata baru ini.

Radinka mencoba menembak ke arah pohon berjarak 30 meter dari tempat dimana dia dan teman-temannya berdiri.

Dor!
Peluru tersebut tepat terkena sasaran pohon yang tadi Radinka arahkan, tak hanya itu pohon tersebut juga mengeluarkan asap.

"Hah ada asapnyaaa?" tanya Radinka dengan ekspresi terkejut

Bangkit! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang