[32] : Final War

99 6 6
                                    

Gak ada waktu buat takut lagi Ra! Mau sampe kapan lo kaya gini? Batin Radinka tak terima

Dia mulai berposisi siap, menyiapkan peluru. Mulai berposisi untuk bangkit dari duduknya. Beberapa detik kemudian dia mengangkat tubuhnya, berposisi siaga siap tembak. Dia menatap mata seseorang dibalik seragam tempur merah itu.

Dor!
Dia menembak orang itu dengan penuh keyakinan. Dan orang itu tumbang.

"Ganti senjata kalian, gunakan yang menurut kalian bisa melindungi kalian!" perintah Radinka

"Baik, ketua."

Para prajurit mulai mengganti senjata mereka, Radinka membebaskan rekan-rekannya untuk memilih senjata yang mereka anggap bisa melindungi dirinya.

"Sudah?" tanya Radinka setelah memilih senjata yang akan dia pakai

"Siap, sudah ketua."

Radinka memakai senjata S09, senjata ini semacam senapan laser, tidak memerlukan peluru dan hanya memerlukan batrai.

"Kita memencar yaa, lima orang ikut saya!" perintah Radinka, lima orang dari mereka pun ikut Radinka, sedangkan salah satu prajurit veteran pasgarda memimpin sisanya

Radinka dan yang lainnya, pun mengendap ngendap keluar dari gedung tersebut. Kondisi di luar gedung masih tak terlalu ramai.

Radinka melihat tiga orang berseragam merah, mulai menuju ke arah gedung yang mereka tempati. Radinka melihat ke arah teman-temannya lalu menatap ke arah depan.

Radinka mulai memasang posisi siap untuk menembak, menyambungkan koneksi antara eye one dan senapan S09-nya itu.

Saat Radinka hendak menembak salah satu dari mereka, tiba-tiba muncul tiga orang lagi.

Anjiir sekarang ada enam, kereen bangeet. Batin Radinka kesal

Radinka mengisyaratkan lewat matanya 'cepat tembak mereka'

Radinka mulai mencari kelemahan target, sama seperti tadi, titik kelemahannya adalah dada kiri. Radinka mulai mengunci titik target, lalu laser transparan yang hanya bisa dilihat oleh sang penembak pun muncul.

Gue siap. Batin Radinka lalu menarik pelatuknya

Lalu sinar laser utama pun mengenai tepat pada titik target, lalu target pun kejang seperti tersengat listrik.

Mereka pun kaget dengan apa yang mereka lihat, sehebat itu senjata yang Radinka pakai. Mereka pun bersemangat untuk menembak sisanya.

Dor!

Dor!

Dor!

Radinka kembali mengunci salah satu target, lalu kemudian menarik pelatuknya, satu target pun kemudian tumbang.

Tinggal satu lagi. Dia mulai menatap squads dua dengan tatapan awas. Dia menyiapkan senjatanya, berharap bisa memisahkan keenaman squads dua.

Radinka tahu orang itu akan memisahkan mereka, dia juga tahu kalau orang itu akan menembak salah satu dari mereka.

Dan

Dor!
Tembakan itu pun benar-benar keluar, namun dewi fortuna berpihak kepada mereka. Mereka semua dapat menghindari peluru dengan mudah.

Orang itu mulai kesal dengan musuh mereka yaitu squads dua, akhirnya dia diam tidak melalukan apapun, entah apa yang dia lakukan.

Dia lagi ngapain? Batin Radinka bertanya-tanya, dia mulai memasang posisi siap, jikalau ada yang tiba-tiba terjadi.

Dan nyata, beberapa detik kemudian, muncul lima orang berpakaian seragam tempur berwarna merah.

"Abis, muncul lagi lima, kapan selesainya ini astagfirullah," ujar Radinka kesal sengah mati

Bangkit! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang