Mereka berjalan menuju halaman rumah, "Kamu berangkat sendiri?"
"Engga bun, aku bareng Raka. Dia ngajak bareng tadi," jawab Radinka memainkan gantungan kunci motornya
Sontak Hafifah berpura-pura terbatuk mendengar nama Raka,"Napa lo batuk-batuk?"
"Gue emang lagi batuk kak, idiih," jawab Hafifah kesal, mengapa kakaknya itu tau saja dia sedang berpura-pura
"Iyaa lagi batuk, batuk-batukan. Bun yaah, Radin pamit yaa," ujar Radinka mencium tangan ayah dan bundanya
"Fah, gue pamit yaa, jangan nakal lo," ujar Radinka menaiki motornya
"Iyaa kak, lo hati-hati yaa, jaga kesehatan," jawab Hafifah yang sebenernya tidak rela kakaknya itu pergi
Radinka pun memakai helm hitamnya, dia mulai menyalakan mesin motor sportnya. Pintu gerbang pun terbuka dengan otomatis, Radinka menatap ayah, ibu dan kakaknya. Dibalik helm hitam itu ia tersenyum, meskipun mereka hanya bisa melihat tatapan Radinka saja.
Saat motor Radinka keluar dari gerbang, dengan tepat motor Raka pun juga keluar dari pekarangan rumahnya, saat sampai di depan rumah Radinka, Raka membunyikan klakson motornya. Mereka berdua pun pergi meninggalkan komplek perumahan distik 3.
Radinka mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, tentu saja itu diikuti oleh Raka. Berbagai feeling negatif bermunculan di hatinya.
Dia, Raka dan tentara remaja lainnya, masih terbilang baru, baru satu bulan. Latihan mereka masih terbilang cukup kurang, mental mereka belum terbentuk sempurna.
Seperti halnya Radinka, dia memang berusaha untuk tegas dan tidak takut, namun berbeda dengan hatinya. Seperti yang dia katakan 'gue rapuh di dalem ka.'
Meskipun dia dilatih oleh sang ayah untuk menguatkan mental. Ini beda dari segalanya, ini tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh dirinya pribadi.
Tak terasa, akhirnya mereka berdua pun sampai di komplek Indonesian Of Garuda, dan segera memarkirkan motor sportnya. Setelah itu mereka pun berlalu menuju gedung utama Indonesian Of Garuda.
Gedung utama Indonesian Of Garuda sudah mulai ramai oleh tentara yang berlalu lalang, entah itu tentara remaja atau pun tentara senior.
"Langsung masuk aja mendingan," ujar Raka, dan langsung disambut anggukan oleh Radinka
Saat menuju ruang rapat, Radinka dan Raka sempat bertemu dengan beberapa prajurit tentara remaja.
Sesampainya di depan ruang rapat, mereka berdua melihat Nindia, Azka dan Nadine yang sedang duduk di salah satu bangku di sebelah ruang rapat.
"Akhirnya kalian berdua dateng juga," ujar Nindia melihat Raka dan Radinka sedang berjalan ke arahnya
"Sorry yaa kalo kita berdua lama," jawab Radinka pada teman-temannya
"Engga kook, kita aja baru nyampe," ujar Nadine, dan disambut anggukan oleh Nindia. Azka? Jangan ditanya, dia sedang bermain mobile legend
"Itu anak kenapa?" tanya Raka mengarahkan pandangannya pada Azka, yang sedang berkonsentrasi pada ponselnya
"Laki laki biasanya main game apa emangnya?" tanya Nindia memutar bola matanya malas
"Masih aja main game, lah gue boro-boro mikirin game," jawab Raka menggeleng-gelengkan kepalanya
"FADIA! IH TUNGGUIN!" teriak Chintya dari kejauhan, sementara Fadia sudah hampir berada di dekat Radinka dan lainnya
"Bisa gak lo gak teriak-teriakan? Lo kira ini hutan apa?" ujar Fadia menatap tajam Chintya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkit! [END]
Ficção Científica─────── Part 1 - Tomorrow Never Dies Part 2 - Legends Never Die ─────── Menyerahkah kamu? Menyerahkah kamu pada situasi ini? Masa yang kian berubah Masa yang terus berkembang Kian canggih akan teknologi Yang mungkin akan menjadi penghancur Ayah. Ib...