3. Bersikap seperti biasa

24.1K 1K 23
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN ALQURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA

*****

Tidak ada yang namanya kebetulan. Karena dalam setiap pertemuan, telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa

~ My Future Gus ~

____________________

Rahman Pov

Hari ini adalah hari pertamaku mengajar di salah satu universitas di kota Semarang. Kota yang sudah lama tak ku kunjungi setelah kurang lebih tujuh tahun menimba ilmu dan mengajar di Jogja.

Semenjak Abuya Yusuf wafat, Abah memberiku amanah menggantikannya mengurus pondok pesantren di bawah asuhan Abuya, sesuai wasiat Abuya pada Abah.

Setelah kurasa mampu mengemban amanah itu, kuputuskan berhenti mengajar dari kampus tempatku dulu menimba ilmu. Meminta tolong pada temanku Anam untuk mencarikan tempat mengajar di Semarang. Dan alhamdulillah, Allah permudah urusanku. Aku mendapatkan job mengajar di tempat Anam bekerja, menjadi dosen menggantikan salah satu dosen sepuh yang pensiun.

Pertama kali menapakkan kaki kembali di pondok pesantren milik Abuya, aku di buat bernostalgia pada masa dimana dulu aku sering kabur dari pondokku dan bersembunyi di pondok milik Abuya. Masa itu adalah masa nakalku.

Nuansa pedesaan dengan hamparan sawah di sekitar pondok pesantren milik Abuya masih terjaga dengan baik, membuat siapa pun tak menyangka masih ada daerah dengan nuansa pedesaan ketika banyak bangunan megah menjulang lebih mendominasi wilayah yang letaknya juga tak terlalu jauh dari sana.

Berada di dekat persawahan, membuat pikiranku sejenak  beristirahat sebelum kembali disibukkan dengan tugas di  tempatku mengajar saat ini.

Pada hari pertama mengajar, aku sudah disuguhi dengan kegaduhan penghuni kelas. Sebenarnya aku belum memasuki ruang kelas, tapi dari luar kelas yang akan kuampu sudah terdengar suara gaduh dari sana.

Tepat saat aku memasuki kelas, seketika kegaduhan itu berhenti. Bergantikan dengan sorotan pasang mata penghuni kelas padaku.

Sekilas kupandang wajah mereka, hingga tanpa sengaja berakhir pada sosok perempuan berkerudung hitam yang duduk di barisan nomor dua dari depan. Kulihat sekilas wajahnya mirip seorang yang kukenal. Entah hanya perasaanku saja atau memang benar-benar mirip, aku juga tidak tahu. Bahkan sampai aku sudah duduk pun pandanganku belum juga terlepas dari perempuan itu.

Tak mau banyak membuang waktu, setelah sesi perkenalan usai langsung saja mulai  menerangkan materi. Meskipun sebagian besar penghuni kelas tak menyetujuinya.

Awalnya aku tak peduli pada reaksi mereka, tapi lama kelamaan tingkah mereka semakin membuatku jengah. Kubalikkan badan, menghentikan aktivitas menulis lalu berdehem keras mencoba menyita perhatian mereka.

Mendengar deheman keras dariku, seketika kelas menjadi sunyi. Kicauan suara mereka raib entah kemana.

Kutunjukkan aura kurang bersahabat dari raut wajah. Berusaha menegaskan bahwa aku adalah dosen mereka. Ingin mereka terbiasa menghargai orang lain entah siapapun itu.

My Future Gus (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang