16. Kembali

9.7K 555 24
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA

****


Pria yang tengah menyisir rambutnya itu tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Rambut yang berbulan-bulan tampak panjang sudah dipangkas rapi hingga memperlihatkan kembali wajah tampan miliknya. Rambut-rambut halus disekitar rahang kokohnya pun juga sudah dirapikan.

Tak mau lagi terus dibayangi wajah gadis itu, dia bertekad untuk berkunjung ke rumahnya. Semoga dengan menemuinya untuk meminta maaf dan mengutarakan maksud baiknya, bisa menuntaskan perasaan mengganjal di hati yang selama ini bersarang di sana.

Hati memang tak tahu pada siapa dan kapan berlabuh. Desiran kuat pada hatinya muncul manakala sekelebat bayangan gadis itu datang. Perasaan itu hadir tatkala dia merasakan ada kekosongan di sana. Dan saat ini hati pria itu telah menemukan tempat berlabuhnya. Gadis yang dulu dibuatnya terluka, dialah orangnya.

Tekadnya kali ini tak boleh goyah. Misinya yaitu, menjadikan wanita itu yang akan menduduki singgasana kedua setelah sang ibu.

Dilipat lengan kemeja kotak miliknya sembari menyaksikan pantulan dirinya pada cermin. "Bismillahirrahmanirrahim. Setelah selesai tesisku ini, aku akan meminangmu."

Baginya tak ada kata terlambat sebelum berusaha sebisa mungkin yang dia mampu.

****
Sekuat tenaga aku berlari mengejar Mas Amir yang akan masuk ke ruang kelas, berusaha mendahuluinya agar tak terlambat. Apakah dia tahu aku berlari mengejarnya? Jawabannya tidak.

Jangan tanya kenapa aku tertinggal jauh di belakangnya. Karena tadi tali sepatuku tak mampu diajak bekerja sama. Disaat kami berjalan beriringan, tiba-tiba ikatan pada tali sepatuku terlepas. Otomatis aku membungkukkan badan untuk mengiktanya kembali, tapi naannya Mas Amir tak menyadari bahwa aku tertinggal olehnya. Dengan langkah besar dia terus melangkah hingga membuatku berlari mengejarnya.

Ingin rasanya aku berteriak memanggil Mas Amir untuk menoleh ke belakang. Melihat bidadarinya kalang kabut mengejarnya. Tapi sudahlah, kalau terlambat ya apa boleh buat. Tugas merangkum sudah menanti di depan mata.

Ceklek

Suara gangan pintu diputar terdengar.

'Ya Allah hamba mohon tolehkanlah kepala suami hamba ke belakang untuk melihat kepayahan hamba mengejarnya.'

Satu

Dua

Tiga

Dan ya, Alhamdulillah doaku diijabah.

Mungkin merasa ada yang ganjil, Mas Amir terhenti sejenak di depan kelas. Melepas gagang pintu yang sempat dipegang, menoleh ke belakang memastikan sesuatu. Menatapku dari jauh yang berlari dengan payah mendekatinya.

"Assalamualaikum Pak, sepertinya tadi melupakan seseorang yang setia berjalan di balik punggung Bapak," ucapku ngos-ngosan sambil mengatur napas setelah berjuang mengejarnya.

Kulihat dia tampak tersenyum geli sambil menahan tawa. Lebih tepatnya senyum menahan tawa sambil mengejek.

"Lho, ternyata Ning cantikku baru sampai. Oh, ya ya makanya tadi sempet ngerasa aneh. Kayak ada yang kurang gitu." Tanpa merasa bersalah dan berdosa dia mengucap itu.

Bolehkah kucubit perutnya saat ini. Memberi sedikit tanda sayang dengan bekas merah pada perutnya.

"Ndak peka. Fia sebel sama Bapak. Nanti bapak pulang sendiri, ndak perlu ajak-ajak. Fia bisa naik Angkot."

My Future Gus (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang