24. Terpaku

8.1K 595 34
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد

JADIKAN ALQURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA

****

Mata itu menyiratkan rasa kecewa yang begitu dalam. Malu dan sakit bercampur menjadi satu. Betapa menyesalnya dia karena dulu menyia-nyiakan cinta Fia, mungkinkah ini balasan baginya. Mungkin itu masih tak seberapa, dibandingkan rasa malu yang luar biasa karena sifat keras kepala dirinya yang tidak mendengarkan ucapan Irfan, sahabatnya.

Hanya diam, tanpa ada jawaban. Dia terpaku setelah mendengar ucapan lawan bicaranya.

Gus Amir, pria dewasa yang memang lebih unggul dari padanya. Wajah rupawan serta berwibawa dengan pembawaan yang tenang menjadikan dia semakin tak seberapa dibandingkan dengan Gus Amir. Bagai bertarung di atas arena, hanya melihat sang lawan dia sudah mati langkah terlebih dulu karena yang dihadapi berkali lipat lebih kuat darinya.

Berusaha bijaksana dalam menyikapi kebodohannya, bukan menjadikan otot sebagai andalan dalam menyelesaikan masalah. Begitulah reaksi pria yang dikiranya kakak Fia.

Mendekati seorang wanita bersuami di depan suaminya sendiri. Suatu hal yang benar-benar bodoh, karena itu sama halnya dia menjelekan lawan yang ada di depan matanya.

"Gus, saya minta maaf. Saya ndak tahu kalo njenengan itu suami Fia. Sekali lagi saya minta maaf," ucap Gus Fauzan sambil menunduk dengan suara bergetar. Wajah tetunduk itu menunjukan betapa malu dirinya.

Mendengar permohonan maaf Gus Fauzan, suami Fia itu mengulas senyum manisnya. "Mpun Gus, saya sudah maafkan sampean. Maaf, karena tadi saya sempat membuat sampean bingung," balas Gus Amir lembut.

"Njenengan Ndak salah Gus. Saya tahu, njenengan bermaksud baik ingin menyelesaikan masalah ini ditempat lain agar saya tidak malu. Saya yang harus berterima kasih sama njenengan, karena njenengan sudah menjaga marwah saya."

Gus Amir terkekeh mendengar balasan Gus Fauzan. "Sampean itu bicara apa, lha wong saya ngajak sampean disini buat nemenin saya ngopi kok."

Setelah mengatakan itu, Gus Amir menyesap kopi miliknya sampai tandas, hanya menyisakan ampas kopi di dasar cangkir.

"Wes, ndak usah dibahas. Yang sudah terjadi ya sudah, Allah punya yang terbaik buat sampean. Tapi ya bukan istri saya lho," sambung Gus Amir lagi ditambah dengan kekehan kecil darinya.

Setelah ketegangan yang sempat kurasakan beberapa saat yang lalu, sekarang semua sudah usai. Hal yang menjadi beban pada pundakku sudah terangkat. Masalah kabar pernikahanku sudah Mas Amir sampaikan pada Gus Fauzan.

Hanya satu kalimat yang mampu aku ucapkan atas aksi Mas Amir tadi, dia luar biasa. Melakukan perlawanan tanpa melukai lawan dengan pukulan. Bersikap tenang dan tertata menyelesaikan masalah.

Awalnya kukira akan terjadi aksi ajang lomba pencak silat dadakan, tapi tenyata yang kulihat diluar ekspektasi. Sikap tenang dan bijaksana Mas Amir menjawab semua pemikiranku.

Satu jam yang lalu tepatnya, setelah perbicangan hangat usai ketegangan tadi Gus Fauzan sudah berpamitan pada kami untuk pulang. Lega, kata itu yang berulang kali keluar dari bibirku.

Masih ditempat yang sama, Mas Amir duduk dengan santai sambil menyantap bakwan jagung buatanku.

Ku langkahkan kaki mendekat padanya, duduk di kursi kosong yang ada di sampingnya. Ada rasa penasaran yang harus segera dicarikan jawaban.

"Mas, kok bisa tahu kalo Fia dilamar Gus Fauzan?" Dengan rasa penasaran yang ada akhirnya lontaran pertanyaan itu keluar juga.

Mas Amir menatapku, meletakan tangannya di atas punggung tanganku.

"Allah memberi Mas kelebihan," balasnya lirih disertai tarikan dari dua sudut bibirnya.

"Jadi, Mas itu..."

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tapi Mas Amir lebih dulu memotongnya.

"Sudah, ini mau masuk waktu ashar. Siap-siap yuk." Diusap puncak kepalaku olehnya kemudian beralih menarik tanganku. Menggenggam lembut jemariku, menggandengku sambil berjalan memasuki rumah.

Satu lagi kejutan darinya walau aku sendiri masih penasaran dengan maksud ucapannya tadi. Mungkinkah masih ada kejutan lain darinya? Semoga jika masih ada tidak mengenai hal buruk.

****
Ngantuk, mau bobok..
Mpun ngoten mawon nggeh😊

Semarang 25 April 2019
Revisi 24 Desember 2021

My Future Gus (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang