بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمدJADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA
***
'Jodoh itu mutlak ditangan Allah. Memangnya siapa kita, yang bisa seenak jidad memaksa Allah menjodohkan kita pada pilihan hati kita sendiri. Hanya hamba pendosa yang bisa ikhtiar dan tawakal saja sudah berani memaksa sang Pencipta. Tak pantas rasanya.'
~My Future Gus~
________
"Tidak mungkin kamu Fia yang dimaksud Pak Amir. Kamu bukan Isteri Pak Amir, kan?" ucap pria itu dengan sorot mata terselip kekecewaan yang mendalam.
Bahkan aku tak bisa berkata apa-apa ketika dia mengucapkan kalimat itu. Aku masih terkejut, melihat sosoknya sekarang ada di hadapanku.
"Fi, kamu kenal pria ini?" pertanyaan Fany membuatku tersadar, segera menolehkan wajah yang awalnya menatap dua manik mata pria itu.
"Dia kakak tingkat kita dulu. Namanya kak Irfan," jawabku lirih.
Mencoba menetralisir keterkejutan, memilih kembali mempersilakannya. "Silahkan duduk, kak. Maaf aku tak sempat memberitahu kabar pernikahanku pada kakak." Inilah yang kucemaskan jika kabar pernikahanku tak banyak diketahui orang terdekat. Pengecualian untuk teman di kampus.
Setelah mendengar ucapanku, dia hanya diam, lebih tepatnya enggan membalas. Duduk, kembali memainkan ponselnya.
Sepertinya aku yang harus mengalah dalam situasi ini. Memang aku bersalah, tapi dia lebih bersalah. Dia yang pergi tanpa memberi kabar padaku, bahkan aku sama sekali tak bisa menghubunginya. Dia sudah kuanggap sebagai kakakku, tapi dia pergi tanpa pamit. Berita yang terakhir kudengar kemarin dari Mas Amir, jika dia ingin menikah bulan depan. Apa mungkin gadis yang akan dilamar dan dinikahi itu aku?
Bukan bermaksud terlalu percaya diri, memang benar adanya jika dia menyimpan rasa untukku. Teringat ucapan temannya tepat sehari setelah kepindahannya. Salah satu kawan dekatnya berkata padaku bahwa kak Irfan menyukaiku.
Jujur aku sedih karena dia pergi, tapi anehnya aku juga gembira. Aku tak tahu bagaimana dua hal itu bisa merasuk dalam hatiku secara bersamaan. Sedih karena dia tidak pamit padaku, gembira karena ternyata cintaku bukan sepihak. Tapi percuma saja cintaku berbalas jika dia menghilang. Lambat laun cinta itu juga akan pudar, dan tepat saat Mas Amir kembali datang di kehidupanku. Saat itu juga, hatiku menghapus semua rasa itu tanpa tersisa. Menumbuhkan benih cinta baru, yaitu cinta yang dibawa Mas Amir untukku.
Mungkin ini saatnya menjelaskan pada Kak Irfan. Bismillah, aku yakin Kak Irfan pasti akan mengerti karena ia tipe orang yang tidak bisa marah dan mendiamkan orang lain terlalu lama.
Kutarik nafas panjang lalu memulai berbicara. "Maaf kak, bukan maksudku merahasiakan kabar gembira ini dari kakak. Aku tidak tahu harus mengabari kakak lewat apa. Semua kontak kakak yang tersimpan tidak bisa di hubungi. Lagi pula pernikahanku dengan Mas Amir di gelar secara sederhana. Hanya dihadiri keluarga dan tamu undangan dari pihak keluargaku dan Mas Amir serta teman kedua orang tua kami." Aku memberi jeda sejenak untuk Kak Irfan memahami semua penjelasanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Gus (Revisi)
SpiritualProses revisi. Mohon maaf agak lama karena bakal aku rombak cukup banyak. Berawal dari pertemuan tak sengaja, ternyata Allah takdirkan hati ini berlabuh pada seorang pria dengan segala pesonanya. Semuanya terjadi tak terkira, dia ternyata telah me...