بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA
***'Semua tentangmu bagiku adalah sebuah rahasia.
Mencoba mencari tahu, tapi bukan semakin mengerti. Kau membuatku kian berada pada ketidaktahuan.'~ My Future Gus ~
________
Aku berjalan membawa tas jinjing yang berisikan jajanan yang sempat kubeli kemarin. Tiga hari sudah aku menginap di rumah Abi untuk mengobati kerinduan. Hanya menempuh waktu sekitar dua jam perjalanan dari Semarang ke Kendal untuk sampai.
Alhamdulillah aku sudah menyempatkan sholat di masjid yang ada didekat terminal, jadi setelah sampai rumah aku bisa langsung merebahkan tubuh yang juga merindukan ranjang empuk. Sungguh selama dua jam duduk di bus membuat tubuhku cukup pegal. Abi dan Mas Amir sempat meminta salah satu santri mengantar, tapi aku menolak karena ingin menikmati perjalanan dengan menggunakan bis.
Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Mas Amir. Sebelum berangkat beberapa hari lalu, dia meminta maaf tidak dapat ikut serta karena ada acara kampus yang tidak mungkin ditinggal. Dia hanya menitipkan salam untuk Abi dan Umi.
Kali ini aku sengaja tak memberi kabar padanya, ingin memberi sedikit kejutan atas kepulanganku. Taxi online tadi yang kupesan memang perlu diberi acungan dua jempol. Sang sopir membawaku sampai di rumah lebih cepat dari perkiraan. Sempat terjebak kemacetan, aku berfikir mungkin sampai rumah ba'da isya' ternyata tidak. Sopir membawa mobilnya melewati jalan pintas.
Setiba di depan pintu rumah seperti biasa aku mengucapkan salam, tapi kali ini tidak ada balasan. Tak biasanya Mas Amir tidak menjawab salam. Kulangkahkan kaki memasuki kamar, terlihat pria yang kurindukan meringkuk di atas ranjang dengan kain kecil menempel pada keningnya. Matanya terpejam, seperti sedang tertidur. Aku berjalan hati-hati, duduk di ujung ranjang. Kusentuh pipinya, panas.
Ya Allah, aku merasa bersalah telah meninggalkannya seorang diri dalam kondisi seperti ini.
Kuambil kain yang ada pada keningnya. Mencelupkannya lagi pada air hangat yang ada di meja kecil samping ranjang lalu menempelkan kembali pada keningnya.
Mungkin merasa sedikit terganggu, dia mengerjap pelan. Menyadari kehadiranku lalu berusaha bangkit untuk duduk dengan susah payah. Tanganku meraih sebagian tubuhnya, membantunya duduk sambil bersandar.
"Eh, sudah pulang, Dek. Bagaimana kabar Abi sama Umi. Mereka sehat, kan."
"Alhamdulillah sehat. Kenapa Mas ndak ngabari kalo Mas lagi sakit, aku kan bisa pulang kemarin," balasku cukup kesal.
Dia mengusap pipiku lembut, membuat kekesalanku menghilang.
"Mas tidak mau buat kamu khawatir. Alhamdulillah Mas sudah mendingan. Hanya kecapean." Kubalas dengan memeluk tubuhnya.
Sejak tadi aku tidak melihat ada santri yang ada disini. Tidak mungkin Mas Amir melakukan itu sendiri melihat kondisinya sekarang, lalu siapa yang merawatnya sejak kemarin?
"Siapa yang sudah jaga Mas waktu Fia pergi?" Pertanyaanku dibalas olehnya dengan senyuman.
"Alhamdulillah, ada ..." Belum selesai ucapan Mas Amir, suara ketukan dari pintu kamar menghentikannya. Tak berselang lama terbukalah pintu itu lalu menampakan Kang Fikri yang membawa semangkok bubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Gus (Revisi)
SpiritualProses revisi. Mohon maaf agak lama karena bakal aku rombak cukup banyak. Berawal dari pertemuan tak sengaja, ternyata Allah takdirkan hati ini berlabuh pada seorang pria dengan segala pesonanya. Semuanya terjadi tak terkira, dia ternyata telah me...