40. Tasma'uni robbah

8.7K 549 18
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA

****

'Hanya perlu doa, usaha dan  keyakinan agar apa yang kita inginkan bisa kita dapatkan'

~My Future Gus~
______


Sebuah tepukan di bahu membuyarkan lamunan Fany.  Seketika dia menoleh, melihat siapa yang  mengganggu lamunan indahnya.

"Cie mbak Fany, lagi kesemsem sama Kang Fikri, ya." Kelakar  gadis yang saat ini duduk di samping Fany.

Fany merutuki sikapnya. Dia malu, kembali menutup wajahnya yang merona dengan kedua telapak tangan.

"Fatimah, kamu denger semua ucapanku tadi?"

Dengan wajah polosnya Fatimah mengangguk. Tersenyum tipis mengetahui reaksi Fany yang menutup mulutnya tak percaya.

"Apa aku ngomongnya kenceng?"

Fatimah terkekeh pelan. "Lumayan sih, Mbak. Tapi jangan khawatir, tadi sepi dan aku bukan tipe orang yang ember, kok."

Fany bernapas lega. Mengusap tangan Fatimah, merasakan perhatian yang besar dari sahabat barunya itu.

"Terima kasih, Fat. Kamu memang selalu menjadi sahabat yang baik."

"Cinta bukan suatu musibah jika kita bisa menempatkan sesuai pada posisinya. Allah menganugerahkan cinta pada setiap hamba-Nya, lebih tepatnya cinta yang menuntun seorang hamba lebih dekat pada-Nya," ujar Fatimah.

Kedua sudut bibir Fany terangkat, membentuk sebuah lengkungan. Tapi sesaat setelah itu, wajah Fany berubah sedikit muram. Teringat sesuatu yang membuatnya gamang.

"Tapi aku masih ragu, apa ini mahabbah atau hanya euforia sesaat saja."

"Mahabbah tidak melulu datang langsung kita sadari, bisa saja awalnya berupa kekaguman atau mungkin rasa nyaman. Tanyakan pada hati Mbak sendiri bagaimana rasa itu."

Fany mengangguk, membenarkan ucapan Fatimah. Dia hanya berharap kali ini hatinya menemukan tempat berlabuh yang sesungguhnya. Tak ingin menjadi petualangan cinta yang entah kapan sampai tujuan. Terus terombang-ambing dalam ketidakpastian.

"Semoga kali ini Allah menumbuhkan cinta yang memang benar di peruntukan bagiku. Cinta yang terbalas dan menuju pada suatu ikatan kuat yang didasari kata halal." Harap Fany sembari menatap langit malam yang cerah. Fatimah yang mendengar itu turut mengaminkan.

"Tapi ada satu hal yang kutakutkan, Fat."

Kening Fatimah mengernyit. Menatap lekat wajah dengan hidung bangir di depannya. "Ketakutan apa yang Mbak maksud?"

Fany memejamkan kedua matanya sesaat, menoleh ke arah Fatimah lalu mengambil napas panjang. "Aku takut kecewa jika ternyata dia tidak menaruh rasa padaku dan telah memiliki pilihan lain."

Fatimah tersenyum tipis. "Dalam hal perasaan kita tidak bisa memaksa, Mbak. Biarkan semua mengalir saja. Nikmati semuanya meski ada kesakitan di sana."

Mendengar itu Fany terkekeh. Tersadar jika ternyata dia terlalu naif perihal memahami cinta.

"Kamu benar, pilihan yang tepat mengenai rasa adalah tidak memaksa dan membiarkan semua mengalir saja. Jika kita menjadi muaranya, pasti akan bertemu juga."

****
Aku termenung sembari menatap ombak yang bergulung tampak  berkejaran hingga mencapai bibir pantai. Hembusan angin menerbangkan ujung jilbab yang kukenakan. Langit tampak cerah, mentari bahkan siap menyapa. Mengintip dari ufuk timur sebelum muncul. Berbanding terbalik dengan suasana hatiku yang sedikit mendung.

My Future Gus (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang