Maryam sudah bersiap siap untuk pergi mengajar kerumah ibu Tari setelah membersihkan pekerjaan rumah.
Letih sudah menjadi makanannya setiap hari. Ia tak pernah mengeluh akan hidup nya ini bahkan ia bersyukur masih diberikan nafas oleh sang Khaliq kepadanya. Setidaknya ia masih bisa berbuat baik kepada siapapun. Ia ikhlas dengan keadaannya saat ini, karena ia yakin Allah mempunyai rencana lain untuknya.Kini ia sudah menuju kerumah ibu Tari, sampai di depan pintu rumah ia pun mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum" Panggil Maryam dari luar.
"Wa'alaikumussalam." Sahut ibu Tari setelah membukakan pintu.
Maryam tersenyum sambil mencium tangan ibu Tari.
"Ayo nak, masuk saja kekamarnya, Ayana nanyain kamu terus.!" Ujarnya setelah mereka masuk kedalam rumah.
"Iya bu." Jawab Maryam tersenyum dan pergi menuju kamar Ayana.
Tak lupa ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Terdengar suara Ayana kecil dengan bahagianya.
"Assalamu'alaikum Ayana sayang." Sapa Maryam menghampiri Ayana yang sudah bangkit dari rebahannya.
"Wa'alaikumussalam kak Maryam, Ayana kangen banget sama kakak, Ayana nungguin terus tau!!" Ungkap Ayana sumringah.
"Iya Aya, kakak pasti dateng kok.." Ujar Maryam sambil mengelus pipi mulus Ayana.
"Kakak panggil Aya? " Tanya Ayana datar.
"Iya, mulai sekarang kakak panggil Aya ya? Kakak suka banget sama panggilan itu!" Jawab Maryam tak lepas pandang dari wajah Ayana.
Namun Ayana hanya diam, sehingga membuat Maryam merasa bersalah dengan panggilan itu.
"Emm kalo gitu kakak panggil Ayana aja deh!" Lanjutnya.
"Ayana suka kok kak dipanggil Aya, Aya itu juga panggilan kakak Aya." Jawab Ayana tersenyum simpul.
Maryam tersenyum setidaknya ia tak menyakiti perasaan anak anak.
"Ya udah, Aya sudah makan kan?" Tanya Maryam.
"Udah kak, karena kata ibu kalo Aya gamakan kak Maryam gabisa belajar lagi sama Aya!" Jawabnya polos.
Maryam tersenyum
"Alhamdulillah
Iya benar tuh kata ibu Aya, nanti kalo Aya sakit kita gabisa belajar!!" Ucap Maryam.Tanpa mereka sadari seseorang mendengar kan percakapan mereka dari luar pintu. Azam hanya berfikir apa istimewanya guru ngaji Aya sehingga ia begitu bahagia dengan kehadiran nya.
Azam acuh tak acuh pada guru nya Aya, ia juga tak tau bahwa guru Aya adalah orang yang hampir tertabrak nya kemarin.Azam menjauh dari kamar Aya menuju ruang tamu yang sudah ada ibunya sambil menonton tv.
"Selalu saja." Batinnya
Ketika melihat ibunya menonton film oh mama oh papa."Aya semangat banget sih bu ada gurunya." Sewot Azam.
Ibunya tak merespon ucapan anaknya ia tengah asik menonton tayangan itu seakan akan merasa dirinya ikut dalam berperan.
"Ibu mah sama aja kaya Aya." Lanjutnya
Ia merasa kesal pada ibunya, padahal ia jarang jarang pulang kerumah ini. Setidaknya ia pulang tidak mendapatkan jutekkan dari Aya dan ibunya."Mending kekamar aja." Ucapnya sendiri.
Pada saat hendak beranjak dari duduknya, Azam mendengar tangisan ibunya. Ia pun menghampiri ibunya yang sudah mengeluarkan air mata.
"Ibu jangan nangis, apa Azam ada nyakitin ibu ya?" Tanya Azam panik sambil menghapus air mata ibunya.
"I-bu sedih lihat filmnya nak, istrinya ditinggal kan sama suaminya begitu saja, padahal istrinya sudah berjuang keras untuk membahagiakan suaminya." Tunjuk sang ibu pada tayangan tersebut.
Azam melihat tayangan itu dan berujar
"Owalah bu, cuma gara gara film toh!" Ujarnya
Kemudian ikut duduk disamping ibunya sambil menonton tayangan tersebut.Assalamu'alaikum
Tunggu aja kelanjutan nya yah?
Maaf setengah setengah karena ana juga baru belajar membuat cerita.Salam buat keluarga para readers yah!! Hihihi