10

8.8K 353 1
                                    

Dirumah Maryam

Kini Maryam sudah sampai didepan rumahnya, ia langsung masuk setelah menutup payung biru tersebut.

"Assalamu'alaikum." Ujarnya dan mendapati bibinya berjalan menghampiri nya.

"Wa'alaikumussalam
Kamu kehujanan? Baju kamu basah semua. Mandi dulu sana, nanti kamu sakit." Suruh bibinya yang berdiri dihadapan Maryam.

"Iya bi, Maryam sempet kehujanan dijalan." Jawabnya sebelum beranjak pergi kekamarnya.

"Ya sudah kalo gitu bibi buatin teh panas yah? Ucap sang bibi dan berlalu menuju dapur.

Maryam hanya mengangguk, dan pergi kekamarnya. Setelah itu ia bergegas mandi, selesai mandi ia sholat Asar.

Setelah selesai sholat, tak lama bibinya datang membawakan teh panas.

"Teh panasnya diminum." Perintah bibinya kemudian meletakkan teh panas di meja kamar Maryam.

"Terimakasih bi.." Jawab Maryam kemudian meminum teh panas yang dibuat bibi nya.

"Bibi keluar dulu ya.!" Ujar bibi kemudian pergi dari kamar Maryam.

Maryam mengangguk. Ia duduk di ranjang dan baru saja ia teringat akan satu hal yang terlupakan.

"Astaghfirullah Maryam lupa bilang terimakasih sama laki laki itu." Ujar Maryam dengan dirinya sendiri.

"Kalo gasalah ini jaket dia dan payung yang Maryam bawa tadi payung dia juga.. Ya Allah kenapa setiap kali Maryam diajak bicara sama laki laki Maryam selalu diam dan ga bisa bicara. Serasa lidah ini terkunci." Lanjutnya masih dengan berbicara pada dirinya sendiri.

Begitulah Maryam
Gadis polos nan cantik, namun sayang ia tak mengenal sosok laki laki dalam hidupnya kecuali ayah dan pamannya.

Lama Maryam berfikir karena merasa bersalah pada laki laki itu. Akhirnya ia memilih melupakannya dari pada ia harus pusing pusing. Dari luar kamar pamannya memanggil Maryam.

"Iya paman." Jawab Maryam yang sudah keluar dari kamarnya dan menghampiri pamannya yang sedang duduk dikursi.

"Besok lusa, kita akan pergi kekota dan kamu mendaftar sebagai mahasiswa baru." Ujar pamannya tegas.

Maryam kaget bukan main, sedangkan ia belum ada persiapan sama sekali.
Belum sempat Maryam angkat suara, pamannya terlebih dahulu bicara.

"Masalah biaya kamu gaperlu khawatir, biaya kamu sudah ditanggung." Lanjut pamannya.

"Ditanggung? Sama siapa paman?" Tanya nya penasaran.

"Oleh orang yang pemilik kebun paman dan bibimu bekerja." Jawabnya.

Sejenak Maryam berfikir sebelum bertanya, alih alih pamannya yang angkat suara terlebih dahulu.

"Bapak Dimas sangat baik, beliau membiayai semua anak anak didesa ini yang mana tidak mampu." Ujarnya setelah menyeruput teh yang disajikan istrinya.

Maryam hanya ber ohh ria, dalam hatinya ia sangat berterimakasih pada pak Dimas yang telah sudi membiayai kuliahnya.

"Kamu belajar yang rajin yah, jadi anak yang sukses. Sukseslah sesudah paman dan bibi mu menghadap Ilahi. Paman hanya ingin kamu melanjutkan belajarmu dan meraih impianmu. Sesudah itu paman dan bibi akan bahagia meninggalkan mu." Ungkap pamannya tanpa melihat lawan bicaranya.
Maryam bukan malah bahagia, melainkan ia sedih atas ucapan pamannya.

"Kenapa paman bicara seperti itu? Cukup ayah dan ibu yang ninggalin Maryam, tapi tidak harus dengan kalian.!!" Ucapnya dengan berderai air mata dipipinya.
Pamannya hanya diam, ia tak menjawab ucapan keponakan nya itu. Seakan akan ia akan pergi dan menghadap Ilahi setelah melihat keponakan nya sukses dan bahagia.

Maryam meninggal kan paman dan bibinya diruangan itu dan kembali kekamarnya dengan perasaan sedih.

"Gadis yang malang." Ucapnya pada dirinya sendiri setelah merebahkan dirinya di ranjang.

Assalamu'alaikum

Kasih kritik dan sarannya ya? Dan jangan lupa vote.

Yang TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang