30

6.3K 252 0
                                    

Azam Pov

Aku dikabarkan bahwa ada seorang pasien akibat kecelakaan, dan mengalami pendarahan yang cukup hebat dikepalanya. Yaa, aku ahli dalam bidang itu. Karena sebelumnya aku juga pernah pada saat PPL. Aku mahasiswa terbaik dalam bidang kedokteran, maka nya aku dipilih langsung menjadi dokter.
Aku mulai mendatangi pasien itu diruang UGD, dan kulihat keluarga nya menunggu sambil menunduk. Aku sangat yakin lelaki itu menangis. Lucu. Itulah pikiran ku.
Setelah masuk aku mendekati pasien itu, saat aku perhatikan wajahnya, aku sangat mengenalnya. Yaa, dia adalah Siti Maryam yang kalau diajak bicara hanya diam dan menunduk. Cukup lama aku memperhatikannya hingga suara dokter Ali menghentikan tatapanku.

"Bisa kita mulai sekarang dokter Azam?" Tanya dokter Ali padaku.

"Baiklah." Ujarku.

30 menit selesai. Dan kini gadis itu telah diperban kepalanya, karena benturan yang cukup keras, sehingga membuat nya di opname dan koma. Jujur saja, aku merasa kasihan padanya. Aku tau ini sudah menjadi takdirnya, tapi pasti ada hal lain yang membuat nya begini. Ahh untuk apa aku memikirkannya, tohh ia sudah diberikan perawatan yang baik dari pihak rumah sakit karena permintaan.
Aku keluar dari ruangan UGD, dan kulihat seorang pria mendekati ku dan menanyakan keadaan pasien.

"Dok, bagaimana keadaannya?" Tanya nya tampak dari wajahnya karena khawatir.

"Anda keluarga nya.?" Tanya ku.

"Saya temannya dok." Jawabnya

Aku hanya mengangguk dan menjawabnya

"Pasien banyak mengalami pendarahan, untung saja anda cepat membawanya kemari, kalau tidak ia tidak akan selamat." Ujarku, aku melihat ia tampak menarik nafas lega.

"Tapiii!!" Lanjut ku lagi dan membuat nya kaget.

"Tapi apa dok??" Tanya nya dengan penuh rasa khawatir.

"Tapi pasien mengalami koma, dan saya tidak dapat memastikan kapan pasien sadar karena pendarahan dikepalanya sangat hebat." Kataku. Ia terlihat sangat khawatir.

"Tapi dia bisa selamatkan dok?" Tanyanya dengan nada menekan.

"Hidup dan mati sudah ada yang mengatur, dan saya tidak tau. Yang terpenting doakan pasien agar tersadar dari komanya." Ujarku mengingat kannya. Kulihat ia mengangguk.

"Kalau boleh tau, pasien itu tinggal dimana? Maaf, saya hanya bertanya sepertinya saya pernah melihatnya.!" Ujar ku tenang.

"Dia tinggal di apartemen yang tak jauh dari taman kota." Jawabnya.

Aku mengangguk paham.

"Baiklah, kalau begitu saya tinggal dulu. Kalau ada apa apa beritahu saya." Kataku

"Terimakasih dok." Ucapnya yang mendapati anggukan dariku.

Aku melangkah pergi. Dan aku masih ingin mengetahui banyak tentang Maryam. Ahh, aku baru ingat atas permintaan adik ku. Ia dengan mudahnya menyuruhku untuk menikahinya. Tapi itu tidak mungkin!

Ahhh, terlalu lelah memikirkan tentang Maryam membuatku pusing. Tapi tunggu, kenapa aku harus memikirkannya. Dan aku baru ingat, bahwa selama hampir dua bulan tak bertemu aku merindukan sikap anehnya. Tidak tidak, aku tidak boleh menjilat ludah ku lagi. Dimana harga diriku sebagai dokter???

Lamunanku buyar ketika seorang suster memanggil ku bahwa ada pasien yang harus segera ditangani. Aku bergegas menuju ruangan yang ditujukan oleh suster tersebut.

Masya Allah

Lelah jari jari ini mengetik, dan hampir kehabisan kata kata. Maaf ya readers jika ceritanya mengecewakan.

Yang TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang