26

6.3K 261 1
                                    


Azam Putra Pov

Aku sedang santai diranjang ku setelah shalat Isya'. Aku masih memikirkan tausiyah yang ku tonton kemarin, tiba tiba fikiranku tertuju pada gadis aneh itu. Ralat, bukan gadis aneh, tapi Siti Maryam. Yaa, aku tidak akan memanggil nya lagi dengan panggilan gadis aneh. Aku ingin menelfon nya, tapi gengsi ku terlalu tinggi. Lagi pula buat apa aku menelfon nya? Tohh gaada yang perlu dibicarakan. Ahh tunggu! Bukannya jaket dan payung ku masih ada sama dia? Apa harus jaket dan payung itu yang menjadi alasan?

"Aaaaaaa." Teriakku sambil mengacak rambut asal.

"Jangan Azam, selama ini elu yang dikejar kejar cewe. Masa iya elu mau nelfon dia cuma menanyakan jaket dan payung lu?? "Ucap ku pada diriku sendiri.

Tak lama pintu kamarku terbuka dan mendapati wajah tupang rebus masuk kedalam kamarku. Dia mendekati ku dan naik keatas ranjang ku.
Aku mengernyitkan kening dan menatap nya heran.

"Ngapain kamu kesini.?" Tanya ku dengan nada kesal.

Dia memasang wajah sedih dan itu tambah membuat ku heran.
Tak lama dia menundukkan kepalanya dan kulihat dia menangis. Aku langsung menangkupkan kedua tanganku kepipi mulusnya yang sudah basah karena air matanya. Dia menatapku dengan mata yang merah lagi sembab. Aku tak sampai hati, melihat adikku menangis. Walaupun ia sedikit menyebalkan padaku.
Lama kami berpandangan akhirnya dia mengangkat suaranya dan berkata

"Aya sayang sama kakak.!" Ujarnya yang diiringi dengan air mata.

Aku tak membalas karena dia hendak bicara lagi

"Aya juga sayang sama kak Maryam.!" Ujarnya lagi namun aku tetap diam.

"Permintaan terakhir Aya, kakak harus menikah dengan kak Maryam." Lanjutnya tetap diiringi dengan air matanya. Tapi ucapannya kali ini membuat ku bingung. Permintaan terakhir? Memangnya Aya mau kemana? Tak sampai hati melihat nya yang terus menangis tanpa suara akupun membawa nya kedalam pelukanku dan ku usap rambut ikalnya agar ia tenang.

"Aya jangan nangis! Kakak sedih liat Aya sedih.!" Ujarku yang masih memeluknya.

"Aya tenangin diri dulu ya? Aya pasti lelah.!" Lanjut ku lagi yang masih memeluknya. Aku yakin, Aya pasti kelelahan.

"Aya mau kakak menikahi kak Maryam, sebelum kak Maryam menikah dengan orang lain." Ujarnya lagi yang masih dalam dekapan ku. Aku hanya mengiyakannya agar hati Aya senang. Bagaimana mungkin aku menuruti permintaan konyol Aya.? Dan aku juga ngga akan peduli dia menikah dengan orang lain karena aku tak mencintai nya.

"Aya yakin, lama kelamaan kakak pasti mencintai kak Maryam." Lanjutnya dengan penuh keyakinan.

"Iya Aya, tapi kamu harus tidur, ini sudah malam, dan kamu tidur disini aja sama kakak.!" Tukas ku yang sudah melepaskan pelukannya.

Aya mengangguk dan merebahkan tubuh mungilnya diranjangku, aku menatapnya dan mengelus pucuk kepalanya dengan sayang. Sungguh, aku sangat menyayangi Aya, Bahkan nyawa pun rela aku korbankan untuknya.

Aku tersenyum memikirkan permintaan nya tadi, Aya masih kecil, tapi ia sudah tahu menahu tentang pernikahan. Sedangkan aku tak memikirkan hal itu.

Asik dengan pemikiran ku , akhirnya aku memutuskan untuk tidur sambil memeluk tubuh mungil nan kecil Aya, tak lupa aku mencium keningnya dan mulai memejamkan mata.

Assalamu'alaikum

Maaf ya kalo readers kecewa sama cerita author.

Lanjut terus baca nya ya??

Yang TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang