Flashback OnAlex Darson
Aku melihat ayah sepertinya ia sedang menelfon seseorang yang jelas aku tak tahu siapa! Dan tampaknya ayah sudah selesai menelfon dan duduk dihadapan ku.
"Hari ini kamu temui Siti Maryam dicaffe mandiri." Kata ayahku tegas, disaat aku tengah asik dengan smartphoneku.
Jelas aku tak mengenalnya dan bagaimana mungkin ayah menyuruhku sedangkan ada bodyguard ayah. Tapi aku juga tak bisa membantahnya, bagaimana pun ia ayah yang aku sayang.
"Disana ayah sudah menyuruh orang untuk menyuruh orang untuk memata matainya, karena dia gadis yang polos." Lanjut ayah.
Aku mengernyitkan kening.
Polos? Bagaimana sih polosnya gadis ini. Pikirku.
Aku tersenyum simpul memikirkan gadis polos yang dibilang ayah.
Tanpa kusadari ayah melihatku dan mengatakan yang membuat ku kaget."Jangan kamu sakiti gadis itu, apalagi kamu mempermainkan ketampananmu dihadapannya." Ungkap ayahku seperti tahu membaca pikiranku.
Bagaimana mungkin ayah sampai berbicara seperti itu hanya karena gadis itu? Ah sudahlah.Akhirnya aku angkat suara
"Kalo Alex boleh tau, gadis itu ada perlu apa yah? Tanyaku.
"Maryam akan ayah kuliahkan di Surabaya ini." Jawabnya dan aku hanya ber oh ria.
Tohh ayahku memang dermawan beliau suka membantu siapa saja yang kesusahan. Jadi ayah ku juga banyak disegani orang orang."Pergilah Maryam sudah ada dicaffe itu." Lanjut ayah sebelum beranjak dari duduknya.
Akhirnya aku keluar dan menuju mobilku, dan melajukan mobilku menuju caffe. Tak membutuhkan waktu lama aku telah tiba dicaffe. Banyak mata mata jalang menatapku karena ketampanan ku ini. Aku berjalan angkuh dan kudapati bodyguard ayah mendekatiku dan menunjukan gadis itu duduk. Aku langsung mendekati nya yang sedang melihat pemandangan dari dalam jendela kaca itu.
Kini aku dihadapannya, tapi ia tak menyadari kedatangan ku, hingga aku menyapanya dan ia terlihat begitu kaget. Sebenarnya aku juga kaget, kaget karena kecantikan nya. Kepalanya ditutupi dengan hijab panjang lagi tebal berwarna hitam. Jujur, aku baru kali ini melihat gadis yang tak sedikitpun auratnya terlihat.
Aku memperkenalkan diri, dia tak merespon dan terus menunduk. Itu tak masalah bagiku karena aku suka tingkahnya yang polos nan pemalu. Akhirnya setelah selesai berbicara pesanan kami pun datang, kulihat ia makan malu malu, bukan malu malu kucing, tapi malu karena tak biasa makan bersama lelaki. Aku yakin itu.
Setelah selesai makan, kami pulang, tapi gadis itu tak mau aku antar hingga akhirnya aku memaksanya karena ini sudah menjadi tugasku untuk menjaganya. Well gadis itu masuk kedalam mobilku.
Dimobil aku dan dia hanya diam, ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara kepadanya karena dia masih canggung. Terlihat dari gerak geriknya.
Tiba didepan apartemen nya dia turun dan tak berterimakasih. Aku hanya tersenyum melihat kepergian nya yang semakin menjauh dari pandanganku.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang.
"Sempurna, sangat sempurna." Ucapku tersenyum saat membelah jalanan.