Prolog

9.5K 251 5
                                    

Minggu, 16 Juli 20XX

Langit pada pagi itu tampak cerah. Semilir angin berembus sejuk, menerpa tirai jendela yang terlihat seperti sedang menari-nari. Di sebuah ranjang berukuran sedang terdapat seorang perempuan yang masih terlelap dalam tidurnya. Rambutnya tampak acak-acakan, lingkaran hitam di mata membuatnya terlihat seperti habis bergadang semalaman. Tak hanya itu, piyama yang dua hari lalu pun belum dicucinya dan masih saja ia pakai. Tercium aroma-aroma tak sedap keluar dari piyamanya namun perempuan itu bersikap masa bodo.

"Uhh!" Mita Listiana atau yang biasa dipanggil Mita itu menggeliat di atas ranjang. Tangannya memeluk guling erat-erat. Wajahnya sangat damai ketika tidur, sama seperti seekor kucing yang tengah berjemur di bawah sinar matahari, membuat siapa saja yang hendak membangunkannya jadi tak enak hati. Perempuan itu sangat damai di dunia mimpi sampai-sampai ia lupa kalau hari ini ada acara penting yang harus ia hadiri.

KRIIINGGG

Jam beker berwarna silver yang terletak di atas sebuah nakas berbunyi nyaring. Dahinya berkerut. Tidurnya jadi terganggu karena suara berisik itu.

"Lima menit lagi," gumamnya tanpa sadar.

Mita menguap lepas sembari merenggangkan kedua tangan ke langit-langit. Kalau jam beker itu bisa berbicara pasti ia akan mengatakan, 'kamu sendiri yang menyuruhku untuk membangunkanmu, bodoh!'

Tanpa membuka mata, tangannya meraba-raba atas nakas, mencari sumber kegaduhan yang sejak tadi memekikan telinga.

Tuk

Jam beker itu mati. Mita perlahan membuka matanya dengan susah payah. Matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya di lingkungan sekitar. Tubuhnya terangkat ke atas, kakinya bergerak keluar dari ranjang. Ia menggaruk-garuk rambutnya asal.

"Hm." Mita berdesis pelan. "Jam berapa, sih?" gumamnya.

Mita melirik jam beker yang berada di atas nakas. Matanya menyipit. Jarum panjang menunjuk ke angka 8 sementara jarum pendek menunjuk ke angka 5.

"Oh, gosh! Aku telat!"

Mita tercengang. Sebelah tangannya menepuk dahi dengan keras. Dirinya pun baru saja teringat kalau hari ini ia akan menghadiri sebuah acara yang sangat penting. Mita menelan ludahnya. Orang itu akan membunuhnya jika ia tak segera datang juga. Kemarin Mita terpaksa pulang malam, salah satu karyawan di tempat kerjanya tak masuk karena orang tuanya sedang sakit. Oleh karena itu, atasannya pun menyuruhnya untuk mengambil alih tugas karyawan itu. Mita pun baru bisa berada di atas ranjang dan tidur saat jam mengarah ke pukul 2.

Perempuan itu kembali melihat jam. Mita mulai menerka-nerka. Acara dimulai pukul 10 pagi. Mita akhirnya bisa bernapas lega, ia punya waktu sekitar dua jam kurang untuk persiapan pergi sebelum acaranya dimulai. Mita memukul-mukul kepalanya kesal. Padahal ia sudah berjanji akan datang lebih cepat.

"Bodoh banget, sumpah!" gerutunya.

Mita langsung bangkit dari ranjangnya cepat-cepat. Ia mengambil handuk dari gantungan lalu segera bergegas masuk kamar mandi. Tak banyak yang dilakukan Mita saat di kamar mandi, ia membuat semuanya jadi lebih cepat. Mita tak punya waktu banyak untuk berlama-lama hanya untuk mandi.

Yang biasanya ia mandi menghabiskan waktu 45 menit tetapi kali ini dia hanya menghabiskan waktu 10 menit saja. Handuk melekat di atas kepala dan juga tubuhnya. Tubuhnya terekspos dengan jelas, menampakan bentuk tubuh yang langsing, kulit seputih susu, dan kakinya yang jenjang.

Untungnya jauh-jauh hari ia sudah menyiapkan gaun untuk pergi ke sana. Dress berwarna biru laut dengan panjang sampai selutut, ia pun sudah menyiapkan tas yang berwarna senada. Sangat simpel namun tetap terlihat anggun. Mita berjalan menuju meja rias. Sambil terduduk tangannya sibuk mengotak-atik make-up yang akan ia pakai hari ini. Sebenarnya tak perlu dandan pun Mita pasti terlihat cantik, namun jika tak menggunakannya maka terasa ada yang kurang di dirinya. Make-up hanya sebagai pelengkap saja baginya.

Mita melihat pantulan dirinya di cermin. Semua tampak sempurna, ia terlihat sederhana namun tetap anggun. Sebelum itu, tak lupa Mita mengenakan kalung kesayangannya yang berbentuk bulan dan bintang. Hanya itu satu-satunya aksesoris kalung yang ia kenakan selama beberapa tahun belakangan ini.

"Cantik," ujarnya setelah kalung itu terpasang.

Mita melihat pantulan kalungnya di cermin. Kalung itu seperti bersinar. Perempuan itu terdiam sejenak, memandangi aksesoris yang sudah ia simpan bertahun-tahun lalu. Seulas senyum nampak di sudut bibirnya.

"I miss you, honey," gumamnya tanpa melepas pandangannya dari kalung tersebut.

Mita menggelengkan kepalanya, ia tak punya waktu untuk mengingat masa lalu sekarang. Ia mengambil heels di rak sepatu. Semua sudah siap dan ia harus berangkat sekarang juga. Perempuan itu bergegas menuju pintu. Saat ia hendak keluar, kakinya berhenti melangkah sejenak. Ia lupa satu hal. Mita menolehkan kepalanya ke atas lemari yang tak terlalu tinggi. Di sana terdapat sebuah botol kaca yang cukup besar. Mita tersenyum pada botol tersebut.

"Aku berangkat dulu."

Klek

*****

Janga lupa baca prolog pertama Miracle, yah.

Salam sayang,
PenaUnguID

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang