Bel istirahat telah berbunyi nyaring. Ana beserta ketiga temannya langsung saja bersemangat untuk pergi kekantin, mungkin karena cacing-cacing diperut meminta mereka untuk mengisi ulang asupan gizi yang telah tertunda beberapa jam lamanya. Jadi, tak ada salahnya jika mereka bergegas ke kantin, karena bukan mereka saja yang melakukan, tapi banyak murid juga yang melakukan hal demikian.
Tentu saja ketika Ana melewati banyak murid, semua menatapnya sinis. Siapa sih yang tidak iri ketika beberapa orang cantik jalan dengan cewek nerd kayak Ana? Banyak bukan.
Tetap saja meskipun begitu, Ana tetap memperlihatkan wajah datarnya kepada semua orang. Seperti biasa, merasa tak peduli dengan dunia sekitar. Dan berusaha untuk tetap asyik dengan dunianya sendiri.
Dan kini, mereka telah sampai di kantin. Mereka mulai menduduki bangku paling pojok, atas keinginan dari Ana. Dan entah kenapa Ana suka, mungkin karena tempat itu sedikit jauh dari keramaian.
"Kalian mau pesen apa?" tanya Maudy yang menawarkan diri untuk membeli.
"Bakso sama lemon tea." jawab Shasa sembari mengeluarkan i-phone nya.
Maudy kini memandang Ana dan Dinda secara bergantian.
"Samain aja." jawab Ana dan Dinda bersamaan.
Dan Ana mulai membuka novel yang Ana bawa dari kelas tadi.Namun baru beberapa menit kemudian, kantin menjadi heboh. Suasana kantin yang tadinya tidak terlalu ramai, kini telah tergantikan dengan suara-suara teriakan dari para pengunjung kantin. Termasuk Dinda dan Shasa yang ikut bersorak. Dan Ana sangat benci keadaan seperti ini. Sungguh mengganggu ketenangan hatinya saja.
"Most wanted kita.."
"Ahhh.. Cogan lewat!"
"Lima cogan dateng tuhh."
"Mau deh salah satu buat koleksi dirumah aku."
"Mau nggak jadi pacar aku."
"Arghhhh.. Arkan kenapa ganteng banget sih."
Mungkin itulah teriakan-teriakan alay dari pengunjung kantin di SMA Garuda. Bahkan banyak pelan yang terang-terangan berdandan, agar tampil maksimal di depan mereka, tentu saja Ana dapat membaca pikiran picik mereka.
"Ana, lihat deh para cogan itu. Lumayan lah bisa buat cuci mata." ucap Dinda penuh antusias.
"Bener Na, kan jarang-jarang lho kita dapat cuci mata secara live, kan kita jarang ke kantin." kata Shasa melanjutkan.
Ana hanya melirik sekilas ke lima most wanted itu. Dan ia dapat melihat seseorang dari mereka memandang Ana dengan intens. Tentu saja Ana merasa risih, tapi Ana hanya mengedikkan bahu tak acuh lalu kembali ke novel yang belum selesai dibacanya. Tak peduli apa yang mereka ucapkan. yang jelas, Ana butuh ketenangan sekarang.
"Ganteng yang mana Na, menurut lo?" tanya Dinda dan Shasa secara bersamaan.
"Nggak ada. Oh ya nih, gue mau ke perpus. Pesenan gue kalian makan aja, sekalian aja kalian bayar pakai uang gue. Anggap aja gue traktir sebagai permintaan maaf gue karena selalu cuek sama kalian." ucap Ana sambil menyodorkan uang seratus ribuan yang diletakkan diatas meja.
Lalu dengan sigap, Ana mulai berjalan melewati kelima most wanted itu dengan tatapan datar. Dalam pikirannya sekarang, paling tidak Ana bisa jauh dari keramaian dan mendapatkan ketenangan jiwa dan batin di tempat lain. Sedangkan Shasa dan Dinda, masih cengo dengan ucapan panjang yang baru dikatakannya tadi.
"Berapa kata yang diucapkan Ana, Din?" tanya Shasa kemudian.
"Paling tidak lebih dari dua puluh kata. Arghhh.. Yang penting kita dapat tlaktiran bukan?" dan Shasa hanya mengangguk mantap.
***
Disisi lain.Kelima most wanted itu mulai duduk ditempat yang sudah disediakan untuk mereka. Terlihat disekitar mereka, banyak lirikan-lirikan genit dari para pengunjung kantin yang mayoritas merupakan seorang siswi, namun mereka menghiraukannya. Toh, sebenarnya juga mereka ke kantin hanya ingin makan dengan tenang saja, bukan untuk tebar-tebar pesona.
Kelima most wanted itu berasal dari keluarga terpandang. Selain mereka famous karena eskul yang mereka ikuti, salah satu dari mereka juga pemilik dari sekolah Garuda. Itu sebabnya mereka lebih terpandang dari anak-anak most wanted lainnya.
Arkano Arfian Bagaskara. Anak dari pemilik SMA Garuda. Selain itu ia merupakan anak dari keluarga Bagaskara. Siapa yang tak kenal Bagaskara? Bahkan perusahaan yang didirikan keluarganya merupakan perusahaan ternama, sekaligus terpandang di Asia maupun dunia. Arkan memeliki wajah yang sangat tampan bak dewa yunani, selain itu ia pintar dan merupakan kapten basket disekolahnya.
Galih Pradipta. Anak dari seorang dokter dan dosen di salah satu universitas. Ia memiliki bakat dibidang musik, dan ia anak yang paling update jika menyangkut tentang sekolah.
Azka Lusiano Alexander dan Azky Lusiano Alexander. Anak dari keluarga Alexander. Mereka merupakan anak kembar yang memiliki banyak tingkah dari teman-temannya. Namun, itulah yang mereka suka, yaitu membuat sahabat mereka bahagia karena ulah konyol yang mereka lakukan. Walau di sini, tingkag Azky lebih absurd dari kembarannya.
Aksenio Alvan Gideon. Anak dari keluarga Gideon. Memiliki paras yang tampan dan setara dengan Arkan. Namun ia memiliki sikap yang dingin entah kenapa, ia tak tersentuh dengan orang yang tak mengenalnya. Namun sahabat-sahabatnya paham dan mengerti dengan sikapnya, jadi mereka tak mempermasalahkan dengan sikap Aksen.
"Tuh si nerd yang tadi lewat kok tajem benget ya punya mata. Ngeri gue ngelihatnya." ucap Azka dengan raut muka sedikit takut.
"Hati-hati lah pokoknya, siapa tahu ternyata dia psycho. Kan bisa berabe urusannya." jawab Galih sambil menyeruput jus alpukatnya.
"Haha, itu hanya si nerd kali. Nggak bakal lah dia berani ngelawan kita." balas Azky sambil tertawa.
Sedangkan Arkan dan Aksen tak membuka mulutnya, mereka lebih memilih menjadi pendengar cerita. Dan fokus terhadap ponsel masing-masing.
Disamping itu, Arkan masih tetap berpikir dengan gadis nerd yang ditatapnya intens tadi. Gadis nerd itulah yang sama sekali tidak melirik mereka ataupun dirinya, terlihat gadis nerd itu tetap fokus dengan bacaannya saja.
Arkan terus memandangi nerd itu sebelumnya , hingga akhirnya gadis itu pergi dengan tatapan tajamnya. Hanya sekilas saja gadis nerd itu meliriknya, dan setelahnya ia langsung fokus dengan bacaannya lagi.
Tanpa ekspresi, mungkin itulah yang bisa Arkan nilai dari gadis nerd sepertinya. Ketika banyak anak yang ingin memandang dirinya dengan banyak pujian, justru ia ogah-ogahan untuk menatap dirinya. Bahkan sama sekali tak menampakkan ekspresi gembira.
PENASARAN, pasti dipikiran Arkan demikian. KESAL, itu juga ada dikamus Arkan saat ini. Bagaimana tidak? Ia hanya memandang Arkan hanya sekilas, dan entah kenapa Arkan sungguh kecewa dengan fakta itu. Ya, entah kenapa Arkan tertarik dengan si gadis nerd yang menurutnya aneh.
Tentu saja apa yang gadis nerd lakukan tadi, menjadi sebuah ketertarikkan untuk Arkan saat ini. Penasaran ingin mengetahui tentang gadis nerd sepenuhnya. Karena apa? Karena gadis seperti itu langka di dunia.
******
1023 Kata.
Instagram: @vaa_morn01
KAMU SEDANG MEMBACA
S.A.D In A Life (Completed)
Teen Fiction(Pertama kali buat. Ini cerita ter absurd yang pernah aku buat, mohon dimaklumi) Terkadang kita bisa kuat seperti batu. Namun dibalik itu, masih tersimpan kerapuhan yang berakibat layaknya sebutir debu. S.A.D In a Life (Stone And Dust In A Life) __...