Kini pagi telah tiba, bahkan jam yang berputar sudah menunjukkan pukul 06.30 Pagi. Tentu saja banyak kendaraan yang berlalu lalang dijalan raya sana, yang akhirnya dapat menimbulkan kepadatan kendaraan yang melanda.
Namun itu tak berlaku untuk Arkan yang membawa mobil sport keluaran terbarunya. Bahkan dengan santainya ia memarkirkan mobil ditempat khusus yang memang dibuat untuk para petinggi dan donatur sekolah, yang pasti jika setiap bulannya harus datang untuk melaksanakan rapat.
Arkan keluar dari mobilnya dengan kacamata hitam yang bertengger diwajahnya, dan sebelum itu ia merapikan rambut yang masih acak-acakan dengan kedua tangannya. Dan hal itu menimbulkan teriakan histeris dari para kaum hawa. Bahkan ada yang sempat-sempatnya menebalkan bedak, bahkan percobaan pingsan pun banyak yang melakukan, semata-mata untuk mendapat perhatian dari most wanted itu.
Arkan berjalan kearah kelasnya. Dengan pandangan kedepan, diselingi tangan yang ia masukan kesaku celana itu, sungguh sangat membuatnya tampak cool dengan aura tampan yang menjadi pelengkapnya. Namun apa pedulinya. Toh, dalam hatinya sudah terukir nama Anasthasya Azaria Gideon. Yang dulunya merupakan sigadis nerd namun terkesan dingin. Entah kenapa ia jatuh kedalam pesona itu, ia pun tak mengerti.
"Hey bro, makin pagi aja lo berangkat." ucap Galih yang memang sudah stay dikelasnya.
"Males gue dirumah. Sepi, nggak ada penghuninya. Emang kenapa?" jawab Arkan seadanya.
"Enggak apa-apa, tumben-tumbenan aja loh lo berangkat pagi." lanjut Galih yang kembali mengotak-atik ponselnya.
"Wahai para jamaah sekalian. Azky yang ganteng nan berwibawa, datang dengan banyak harapan untuk masa depan."
"Pagiku cerahku, matahari bersinar. Kugendong tas merahku dipundak. Selamat pagi semua, kunantikan dirimu. Didepan kelasku.. Emmmm bener nggak sih." ucao Azky yang memang tak tau lirik lagunya dengan benar.
"Sebodo-bodo lu lah." ucap teman sekelas yang memang sudah datang dari tadi, sedangkan Azky memasang wasah cemberut andalannya.
"Jijik." ucap mereka serempak, yang membuat Azky langsung memelototkan matanya.
"Kalian jahat ih." ucap Azky dengan suara yang dibuat-buat menjadi cewek.
"Bukan temen gue." ucap Arkan dan Galih disela-sela mereka.
"Bukan adek gue loh." ucap Azka yang memang sedari tadi berada dibelakangnya. Sedangkan Azky membalikkan badannya dan menatap Azka tajam.
"Kamu jahat aku nggak suka. Memang, Abang Aksen yang paling ngertiin hati rapuh aku. Ya kan Bang?" kini Azky menatap Aksen yang berada disebelah Azka.
"Gue normal." ucap Aksen seperti biasanya. Datar dan dingin.
Semuanya tertawa serempak,bahkan ada yang terpingkal-pingkal. Mungkin seperti itu dulu gambaran kelas Arkan.
____
Disisi lain, seseorang datang dengan menggunakan jaket yang menghiasi tubuhnya. Ia turun dari taksi dengan tatapan tajamnya yang tak bersahabat. Ia mulai memasuki gerbang sekolah dengan langkah santai, karena ia tak jadi terlambat.
Ya. Dialah Ana. Setelah terjadi aksi menolak dari para keluarganya karena kepala batunya, ia berhasil keluar dengan cara kabur-kaburan. Dan itu demi dirinya yang ingin bersekolah lagi, ya meskipun sebenarnya baru beberapa hari ia izin sakit. Namun bukan Ana namanya kalau tidak rindu dengan buku diperpus.
"Ehh Na, lo beneran berangkat. Kan kemarin udah gue bilangin buat stay dirumah." ucap Shasa dengan volume yang lumayan tinggi.
"Males." jawab Ana singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
S.A.D In A Life (Completed)
Teen Fiction(Pertama kali buat. Ini cerita ter absurd yang pernah aku buat, mohon dimaklumi) Terkadang kita bisa kuat seperti batu. Namun dibalik itu, masih tersimpan kerapuhan yang berakibat layaknya sebutir debu. S.A.D In a Life (Stone And Dust In A Life) __...