Mereka menunggu Bu Nikmah untuk keberadaan Adiknya saat ini. Sungguh, mengapa satu detik rasanya lama. Paling tidak, pengurus panti itu dapat mengatakan semuanya secara langsung sekarang. Sehingga, mereka tak terlalu menunggu lama.
Devon sedikit menghembuskan napas panjang. Lalu dengan sekali hentakkan, ia mengatakan ucapannya dengan cepat. Ia sudah tak tahan lagi untuk segera tahu tentang Adiknya.
"Jadi dimana adik saya sekarang Bu?" tanya Devon langsung.
Bu Nikmah menghembuskan napas panjang. "Sebenarnya nak Ana sekarang ada di..."
Bu Nikmah memberhentikan ucapannya seketika, ketika ada seseorang yang mengucapkan salam. Terlihat pengurus panti itu menghembuskan napas pelan, dan sedikit tersenyum.
"Assalamu'alaikum." salam orang itu yang kemudian masuk menyalami Bu Nikmah.
"Wa'alaikum Salam. Nak Cherry apa kabar? Kenapa baru bisa kesini sekarang." ucap Bu Nikmah kemudian.
"Alhamdulillah sehat Bu. Cherry kesini mau ketemu anak-anak, ini ada sedikit bingkisan untuk mereka." jawab orang itu yang diyakini oleh Aksen dan keluarganya sebagai seorang cewek.
Aksen tak dapat mengenali wajahnya karena tertutupi oleh topi dan masker yang dikenakannya. Jika dilihat memang ia mirip cowok, namun ketika mendengar suaranya sudah dipastikan bahwa ia cewek.
"Mereka di tempat biasa nak." kata Bu Nikmah tanpa menunjuk tempat itu. Aksen yakin bahwa ia sangat kenal dengan Panti ini, terlihat banyak orang Panti yang menyapanya dengan 'Cherry.' mungkin itu namanya.
"Jadi dimana anak saya sekarang berada Bu?" tanya Mamah kemudian.
"Dia.."
"Dia.."
"Dimana Bu?" tanya Aksen langsung yang mulai penasaran. Terlihat dia sudah berkeringat dingin, mungkin sulit untuk mengungkapkan. Tapi ini penting untuknya sekarang.
Mereka menunggu Bu Nikmah membuka suara. Sudah lima menit berlalu, namun dia tetap saja bungkam tanpa ada sepatah katapun yang keluar.
"Sebenarnya dia.."
Ucapannya terpotong lagi, karena ada yang menyela. Sudah dipastikan itu orang yang sama seperti sebelumnya. Dan Aksen hanya mendengus sebal melihatnya.
"Saya mau pamit pulang Bu. Jaga mereka ya, insyaallah Cherry bakal balik lagi kok kesini." ucapnya lalu menyalami Bu Nikmah yang kedua kali.
Terlihat Bu Nikmah terus memandangi orang yang akan keluar dari ruangan itu. Aksen pun melihat seseorang yang dipandang Bu Nikmah tanpa berkedip. Terlihat ia terus menatap jalan diluar sana, tanpa mempedulikan lingkungan sekitar.
Namun tunggu dulu, ia memberhentikan jalannya kemudian mengangguk pelan. Mungkin itu kode untuk Bu Nikmah, tapi apa ya? Aksen langsung menoleh kearah ibu panti itu lagi, dan melihat Bu Nikmah yang mulai mengedipkan matanya, lalu ia tersenyum menanggapi.
"Jika kalian bertanya dimana dia sekarang, maka dia berada di sekitar sini. Namun tiga tahun yang lalu, ia mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan bersekolah di sana. Dia tumbuh dengan dibekali otak yang jenius, terbukti dengan bangunan Panti Asuhan ini yang sekarang. Ia lah yang merenovasi Panti ini dan ia jugalah yang merancang juga mendekorasi bangunan ini hingga sedemikian rupa. Tapi kalian bisa lebih mudah mencarinya, Karena ia memiliki banyak kemiripan dengan Ibunya dan Nak Aksen saat ini." ucap Bu Nikmah yang membuat kami takjub.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Devon dengan mata yang berbinar-binar.
"Kau lihat anak yang baru saja keluar tadi. Ia memiliki nama akrab dengan panggilan Cherry di Panti ini. Dan sebenarnya nama asli dia adalah Anathasya Azaria Gideon, anak yang kalian cari selama ini." jawabnya sambil tersenyum.
Tentu saja mereka mematung seketika. Syok pasti, namun cepat-cepat Aksen menyadarkan mereka.
"Cepetan Pah, Mah, Bang. Cari dia sebelum menjauh." ucap Aksen cepat lalu berlari menuju mobilku.
Sedangkan Papah, ia menelepon pesuruhnya untuk mencari Ana, adiknya. Lalu mereka berpamitan kepada pengasuh Panti, kemudian pergi dengan satu mobil lainnya.
Aksen mulai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Tak peduli dengan banyak orang yang menghujatnya, yang jelas Aksen hanya ingin menemukan adiknya secepatnya.
Aksen menemukan orang yang sama dipanti tadi yang tengah sibuk-sibuknya mengayuh sepedanya dengan santai. Ya, dia Ana Adiknua. Lalu Aksen mengegas mobilnya lebih cepat lagi, dan berhasil memberhentikan laju sepedanya.
Namun belum sempat Aksen keluar dari mobil, dia telah membelokkan sepedanya dan mengayuhnya dengan cepat memasuki gang sempit. Dan Aksen hanya bisa melihatnya menjauhiku tanpa menoleh kebelakang.
*****
652 Kata.
Lagi nggak ada ide.
Instagram: @vaa_morn01
KAMU SEDANG MEMBACA
S.A.D In A Life (Completed)
Teen Fiction(Pertama kali buat. Ini cerita ter absurd yang pernah aku buat, mohon dimaklumi) Terkadang kita bisa kuat seperti batu. Namun dibalik itu, masih tersimpan kerapuhan yang berakibat layaknya sebutir debu. S.A.D In a Life (Stone And Dust In A Life) __...