Bel Istirahat semestinya sudah dibunyikan. Nyatanya, para guru masih asyik dengan tugasnya sebagai pengajar. Ana yang sedari tadi sudah sangat bosan, hanya menyalurkan aksinya lewat coretan-coretan dibelakang bukunya.
Semua orang dikelas IPA-1 mendengus kesal. Tak terkecuali Ana. Berulang kali Ana melirik kearah jam dinding yang terpasang diatas papan tulis. Dapat terhitung, waktu istirahat sudah terbuang lima belas menit.
Ting!
Ana menoleh kearah ponsel yang ia letakkan di laci mejanya. Dapat terlihat ada notifikasi yang baru saja masuk kedalam ponselnya. Dengan rasa malas yang tiba-tiba datang dia mulai membuka ponselnya.
From: Tukang Maksa ❤
Kamu kok nggak kekantin yang?
(Read)Ana meletakkan kembali ponselnya dilaci meja, lalu melanjutkan kegiatan yang ditundanya tadi. Tak ada niatan untuk membalasnya, karena ia tahu Guru yang sedang mengajar di depan sana terkenal sangat killer. Tanpa Ana sadari lebih jauh, sudah ada Arkan dan teman-temannya di depan kelasnya sedang cengar-cengir tidak jelas.
Ana pun tidak pernah menyadari kehadiran mereka hingga sekarang. Menunggu guru itu keluar dari kelasnya, ternyata tak sesuai dengan perkiraannya sebelumnya. Rasanya dilanda bosan seperti ini, sangat membuatnya ingin cepat-cepat makan karena rasa lapar yang sudah tak tertahankan. Untuk menyalurkan rasa lapar dan kesalnya, ia langsung menggebrak meja.
BrakkkKKK!
Sontak mereka kaget dengan ulah Ana tadi. Denga gerakan refleks, mereka langsung menoleh kearah sumber si biang onar dan menuntut penjelasan. Sedangkan yang Ana lakukan dari tadi hanya terkekeh pelan.
"Maksud kamu apa Anasthasya Azaria. Sudah bosan sekolah hah! Keluar saja dari sekolah ini, karena saya tidak membutuhkan seorang murid yang kerjaannya hanya bermalas-malasan saja.
Tentu saja Ana melotot tak terima. Ditunjukkan jam dinding yang terpasang di atas papan tulis, lalu beralih kearah jam tangannya untuk memberikan kode.
"Lihatlah jam yang sekarang sedang berjalan Pak. Secara tidak langsung, Bapak sudah membuang waktu secara sia-sia, karena tentu saja kami sudah tak fokus lagi untuk belajar. Dan tanpa Bapak sadari, Bapak sudah memotong hak kami dengn waktu yang terbuang secara sia-sia itu, tanpa adanya asupan makanan yang masuk kedalam perut kami." jelas Ana panjang lebar.
Semua bertepuk tangan mengiyakan apa yang diucapkan Ana. Bahkan banyak murid yang mulai berani memprotes atas hak istirahatnya. Alhasil, Guru yang mengajar itu hanya mendengus kasar dan berjalan keluar dari kelas.
"Nggak sia-sia Na lo ada dikelas ini." puji Maudy yang berada disebelahnya.
"Haha.. Bisa aja lo. Yuk kantin lah, gue lapar!"
"Kuy lah." kompak sahabatnya bersamaan.
Tapi baru saja Ana menginjak kaki di depan kelasnya, suara seseorang memberhentikan langkahnya.
"Kamu keren sayang." puji seseorang yang tak lain adalah Arkan.
Ana langsung menoleh dan tersenyum kikuk. "Kok kamu bisa di sini. Nggak ke kantin?"
"Aku kan maunya sama kamu. Iya nggak guys." ucap Arkan pada sahabatnya.
Galih yang memang tukang makan itu hanya menatapnya jengah. "Nggak juga. Karena lo maksa buat ditemenin, gue jadi ada di sini. So, gue laper belum makan sampai sekarang. Dan itu karena lo Arkan!"
"Iya. Nasib jones kayak gue mah apa." sambung Azky mendramatis.
"Alay lo Ky. Malu-maluin gue aja!" balas Azka, sedangkan Aksen hanya fokus dengan game diponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S.A.D In A Life (Completed)
Novela Juvenil(Pertama kali buat. Ini cerita ter absurd yang pernah aku buat, mohon dimaklumi) Terkadang kita bisa kuat seperti batu. Namun dibalik itu, masih tersimpan kerapuhan yang berakibat layaknya sebutir debu. S.A.D In a Life (Stone And Dust In A Life) __...