Arkan tak henti-hentinya tersenyum ketika sampai dirumah. Bahkan Mamahnya yang melihat anak sulungnya pulang dengan keadaan seperti itu mengernyit heran melihat sikap anaknya yang terus mengembangkan bahagianya itu.
Arkan menyandarkan tubuhnya dikursi balkonnya, sesekali ia memejamkan mata. Namun sekarang perlahan ia mulai membuka mata dan menatap langit yang sudah gelap.
Sudah berapa kali Arkan tersenyum? Bahkan ia tersenyum terus ketika ia mengingat harinya yang sudah dilalui bersama Ana. Entah kenapa Arkan menyukai? Bahkan ia menandakan tanggal ini sebagai hari keberuntungannya.
Flashback On.
Ana memasuki panti dengan langkah riang, tentu dengan Arkan yang berada di belakang. Entah kenapa ia meresa bahagia dengan sisi lain Ana yang periang. Bahkan baru kali ini, Arkan mendapati Ana yang bisa seantusias itu.
"Welcome back to our home, Kak Cherry."
Cherry? Arkan bertanya-tanya, kenapa Ana dipanggil adik-adik Panti ini dengan sebutan Cherry? Apakah mereka mempunyai hubungan khusus dengan Ana atau memang Ana yang terlalu sering mengunjungi panti ini sehingga mereka bisa seakrab itu?
"Ciee.. Kak Cherry bawa pangeran tampan. Siapakah gerangan nama pangeran tampan ini?" ucap anak kecil laki-laki dengan kata-kata yang diwibawakan layaknya pengawal dicerita-cerita dongeng.
Arkan yang mendengarnya entah kenapa merasa malu. Bahkan pipinya kini telah memerah, semerah tomat.
"Kamu kepo." teriak yang lainnya, termasuk Ana.
"Ishhh.. Kan emang tampan ihhh." protes anak kecil-kecil itu lagi.
Arkan yang sedari tadi tersenyum langsung mendekati anak kecil itu, lalu ia jongkok menyamai tinggi badannya.
"Nama Kakak Arkan. Nama Adik tampan ini siapa?" tanya Arkan lembut, yang membuat anak laki kecil-kecil itu menarik kedua sudut bibirnya.
"Namaku Alfa Kakak tampan."
"Nama yang bagus."
"Kakak tampan cocok sama Kakak Cherry yang cantik. Kakak janji mau jaga Kakak Cherry untuk Alfa?" ucap Alfa sambil menunjuk Ana.
"Terimakasih. Dan Kakak akan selalu jaga Kak Cherry untuk diri sendiri maupun Alfa." ucap Arkan.
Alfa lalu berjalan menuju Ana.
"Kak Cherry ayo nyanyi dong." pinta Alfa, yang tak luput dari perhatian Arkan.
"Emang Alfa mau pengin lagu apa?"
"Pengin lagu yang mengantarkan rindu Alfa untuk Papah dialam sana. Alfa sudah lama nggak doain mereka, Alfa dosa nggak sih? Papah pasti sekarang marah sama Alfa, buktinya Papah nggak masuk kemimpi Alfa lagi."
Ana terdiam. "Heyyy.. Alfa nggak salah, nggak bakal dosa kok jika Alfa doain Papah lagi. Kak Cherry yakin pasti Papah Alfa di sana lagi senyum buat Alfa, karena di sini Alfa yang paling kuat.
Alfa menangis. "Mamah jahat.. Mamah ninggalin Alfa di sini sendiri. Mamah udah nggak sayang lagi sama Alfa, buktinya dia lebih sayang sama anak Papah baru. Sedangkan Alfa yang memang Anaknya dibuang. Al.. Alfa.."
Ana tersenyum pahit. "Heyyy.. Adik dari Kak Cherry itu semuanya nggak boleh nangis, termasuk Alfa. Alfa anak yang kuat kok."
Arkan yang melihat itu mendekati. "Alfa nggak sendiri masih banyak orang yang menyanyangi Alfa. Termasuk Kak Cherry, Kak Arkan, yang nantinya akan selalu ada untuk Alfa."
Dan mereka berakhir dengan kebersamaan, dengam sisi lain Ana yang periang dan ceria.
Flashback Off.
Arkan tersenyum memikirkan Ana yang terus dibuatnya tertawa olehnya, dan ia dapat melihat sisi lain Ana pada saat itu juga.
"Cantik, manis, imut, semuanya Arkan suka." gumamnya pelan.
"Anak Mamah lagi jatuh cinta ya." ucap seseorang yang berada dibelakangnya.
Arkan menoleh, lalu tersenyum.
"Enggak kok Mah. Arkan cuma mengaguminya." alibi Arkan.
Mamahnya duduk disebelah nya, lalu mengamati anaknya dengan teliti.
"Dari raut wajah kamu, Mamah juga bisa menebaknya. Mamah cuma mau pesen, jangan sakiti dia ketika seorang masa lalu kembali." ucap Mamah menasehati.
"Maksud Mamah?"
"Anak perempuan yang waktu dulu waktu kita masih di LA dan belum pindah ke Indonesia. Arkan lupa?"
Arkan terdiam tak menjawab.
"Mamah cuma berharap, ketika dia datang kembali, kamu tidak berpaling dari orang yang kamu cintai itu. Lindungi dia! Tapi jika memang kamu memang memilih masa lalu kamu, tolong tinggalkan dia dengan cara tidak menyakiti."
Mamahnya pergi begitu saja setelah mengatakan kalimat itu.
Arkan terdiam cukup lama, namun setelah itu pikirannya beradu.Entah kenapa setelah Mamah ngomong begitu, perasaanku jadi janggal. Disisi lain aku memilih Ana, tapi disisi lain aku menunggu dirinya yang berada di sana. Jadi siapa yang akan aku pilih? Batin Arkan setelahnya.
*****
674 Kata.
Instagram: @vaa_morn01
KAMU SEDANG MEMBACA
S.A.D In A Life (Completed)
Teen Fiction(Pertama kali buat. Ini cerita ter absurd yang pernah aku buat, mohon dimaklumi) Terkadang kita bisa kuat seperti batu. Namun dibalik itu, masih tersimpan kerapuhan yang berakibat layaknya sebutir debu. S.A.D In a Life (Stone And Dust In A Life) __...