Twenty Two

92K 4.3K 12
                                    

Setelah aksi yang dilakukan oleh Ana dan Aksen hingga waktu menjelang malam, mereka memang tak langsung pulang. Kedua Kakak beradik itu langsung tertidur, namun Aksen sudah bangun dari tadi. Lagi-lagi Alissha harus menunggu waktu yang cukup lama untuk menunggu Ana bangun.

Hingga waktu yang sudah berubah menjadi gelap ini, Ana tetap saja tak bangun-bangun dari tidur lelahnya. Sehingga Alissha memilih untuk pulang saja.

"Nak Alissha nginep di sini saja ya. Ini udah malem loh, nggak baik loh Anak cewek keluar malem." tutur Papah Devon meminta.

"Nggak usah deh Om, Alissha pulang aja. Apertemen soalnya kosong, nggak ada yang ngejagain." jawab Alissha sopan.

Alissha kemudian melirik kearah bangku sofa yang disana terdapat Ana yang masih tertidur pulas. "Aku harap Ana bisa kembali kekalian secepatnya. Ana anak yang baik, dan akan kupastikan dia selalu merasa bahagia sekarang." lanjut Alissha lirih namun masih didengar.

"Terimakasih Nak Alissha, harapan Mamah juga seperti itu. Doain aja ya Nak?"

Alissha mengangguk dan tersenyum. "Alissha pamit pulang ya Om. Alissha titip Ana di sini."

Papah Devon tersenyum. "Itu pasti sayang. Oh ya Devon, anter Alissha pulang ya. Jangan sampai lecet sekalipun calon mantu Papah. Awas aja kalau sampai lecet.

Pipi Alissha merona. Dan Devon hanya terkikik geli melihatnya.

"Itu sudah pasti Pah. Kita berangkat dulu ya."

Setelah keduanya berpamitan. Tersisa Aksen dan kedua orang tuanya yang melihat Ana dengan tatapan sendu. Setelah adu basketnya selesai dan memang bawaan Ana yang terlihat lelah, ketika makan malam selesai,  ia langsung tertidur disofa dengan nyenyaknya.

Aksen menghampiri tempat Ana dengan senyuman yang mengembang, perlahan ia mulai jongkok untuk menyamai tinggi sofa itu. Lalu perlahan, ia mulai mengelus rambut Adiknya dengan sayang.

"Selamat malam Adik manis, aku harap kau mimpi indah ditempat tinggalmu ini pada nantinya. Aku sayang kamu, jangan pergi lagi ya." tutur Aksen.

Papah dan Mamahnya pun ikut menghampiri lalu mengecup kening Ana secara bergantian.

"Papah harap kamu betah disini, dan menghabiskan waktu bersama nantinya."

"Dan Mamah harap, Ana akan menerima tempat ini kembali dengan bahagia."

Ketiganya mulai terhanyut dengan pikiran masing-masing.

"Aksen, bawa dia ke kamar kamu, kamar Ana masih berantakan dan butuh renovasi lagi."

Aksen mengangguk lalu membopong Ana ala bridal style nya. Ia mulai memanjat satu persatu anak tangga, hingga akhirnya ia sampai dikamarnya.

Dengan penuh hati-hati ia merebahkan tubuh ana dikasur king size nya, ia tersenyum ketika mendapati tidur Ana yang sangat polos dan terlihat imut itu. Ia mengecup kening Ana dan berjalan keluar lagi dari kamarnya.

_____

Dan kini pagi telah datang kembali, cahaya mentari telah memancarkan sinarnya perlahan. Dan Ana yang memang tidur dengan nyenyaknya semalam, kini mulai membuka matanya.

Ia melirik kesekeliling. Sungguh berbeda dari kamar yang dimilikinya saat ini. Nuansa abu-abu disini sangat terlihat jelas, dan ia yakin ini bukan kamarnya. Lalu kamar siapa yang dipijaknya saat ini.

Ia berjalan mengelilingi kamar itu, dan berharap mendapatkan petunjuk. Satu menit, dua menit, lima menit, akhirnya Ana mengetahui dimana ia berada sekarang.

Awalnya ia biasa-biasa saja, namun setelah nyawanya kembali pulih. Secara refleks, ia langsung menegang. Tubuhnya entah kenapa tak bisa digerakkan, dan air matanya tiba-tiba menetes.

'Kekecewaanku masih sama seperti dulu. Ketika mereka dengan teganya meninggalkanku seorang diri.'

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk cepat sadar ke dunia nyata, setelah itu ia mulai mencari penunjuk waktu. Dan..

'Damn it. Gue udah telat berangkat sekolah. Kalau mereka peduli, kenapa nggak ngebangunin gue coba? Tapi ya sudahlah, bolos sekali-kali nggak apa-apa kali ya? Eh ralat, maksudnya berkali-berkali.'

Ana berjalan ringan keluar dari kamarnya. Ia mulai menapaki satu persatu tangga dengan pelan. Entah kenapa ia merasa lemas untuk berjalan, dan ia sama sekali tak punya tenaga untuk itu.

"Kamu udah bangun sayang, sini makan dulu. Mamah udah buatin bubur agar kamu cepat sembuh sakitnya. Udah agak mendingan kan sekarang? Apa masih lemas tak bertenaga sekarang?" tutur Mamahnya bertubi-tubi.

'Emang gue sakit?' batin Ana bertanya.

Ana menggeleng lemah. "Ana nggak sakit kok, buktinya Ana masih bisa berjalan."

Mamahnya menghembuskan napas pelan, mungkin anak bungsunya itu belum sepenuhnya menerimanya.

"Oh ya, Papah sama Bang Devon udah berangkat kerja. Dan Aksen udah berangkat sekolah satu jam yang lalu, tenang Mamah udah ngizinin kamu nggak masuk kok sama pihak guru. Jadi sekarang makan ya."

Ana menggeleng lagi. "Ana nggak laper."

Ia lalu berjalan keluar dari ruang makan, meninggalkan Mamahnya yang menunduk sedih.

"Kamu boleh marah sama Mamah. Tapi Mamah mohon, makanlah bubur ini walau hanya satu suap nak."

Ana tertegun. Apakah dia melakukan kesalahannya sekarang?

Ana menghebuskan napas pasrah, lalu berbalik lagi untuk melahap bubur yang telah dibuat Mamahnya. Sungguh tindakan yang telah dilakukan Ana, telah membuat Mamahnya tersenyum kembali.

"Makan yang banyak ya sayang. Mamah mau keatas dulu, harus habis nggak boleh dibuang." ucap Mamahnya sambil mengacak rambut Ana, yang dibalas anggukan malas olehnya.

Setelah ia selesai dengan acara makannya, ia berjalan kearah lemari pendingin dan mencari camilan disana. Disana tersedia banyak cokelat entah milik siapa, sesegera mungkin ia mengambil dan melahap cokelat dingin itu.

"Bi, ini cokelatnya banyak banget. Punya siapa ya?" tanya Ana ketika melihat Asisten rumahnya lewat.

"Itu milik Den Devon Non. Katanya nggak ada yang boleh makan satupun cokelat itu, karena itu mau buat pacarnya." jelas Bibi yang entah namanya siapa.

"Oh, makasih bi atas infonya."

Ana tersenyum miring. "Gue makan sekalian aja lah, nggak apa-apa kali ya. Lagian Alissha sering banget makan stok eskrim gue hingga ludes."

"Oh ya Bi, bilangin ke Mamah Ana balik dulu ya. Maaf nggak sempat pamit, ada kepentingan mendadak soalnya. Kalau Bang Devon tanya dimana semua cokelat, bilang aja dibawa Ana pergi semuanya."

Dan Asisten Rumah itu hanya mengangguk mengiyakan.

*****

911 Kata.

Instagram: @vaa_morn01

S.A.D In A Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang