Twenty

94.3K 4.3K 15
                                    

Ana merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Seragamnya basah dengan keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya. Tasnya ia lempar begitu saja diatas meja belajarnya, sehingga menimbulkan buku yang tertata rapi diatas meja  langsung berjatuhan seketika. Tapi apa pedulinya,  ia sungguh lelah dengan hari yang begitu sial untuknya sekarang ini. Dan itu akibat Arkan, anak dari pemilik sekolah yang tiba-tiba mengklaim dirinya begitu saja.

Entah kenapa masalah selalu datang kedalam hidupnya. Belum juga selesai ia diuji dengan masalah keluarga, masalah baru malah muncul begitu saja.

"Ana, bangun nggak lo. Lo udah lupa dengan apa yang gue omongin tadi pagi. Mau nggak mau lo harus ikut gue buat ketemu orang tua lo! Apa yang terjadi itu semua hanya kesalah pahaman, dan gue tahu itu." ucap Alissha didepan pintu kamarnya.

"Mager." jawab Ana seadanya.

BrRAKK..

Alissha langsung menggebrak pintunya dengan keras, sehingga membuat sang pemilik kamar langsung terlonjak kaget.

"Gue nggak mau tahu, selama 10 menit lo nggak ganti baju. Gue bakalan tetep narik lo secara tidak  manusiawi kearah parkiran. Dan itu berlaku dari sekarang!" seru Alissha lanjut.

"Hm." jawab Ana jengah.

'Emang dari sononya mirip harimau kalinya, nggak ada lembut-lembutnya sekalipun.' batin Ana.

Ana berjalan gontai kearah kamar mandi. Setelah 10 menit kemudian, ia sudah siap dengan tubuhnya yang segar. Pakaiannya cukup simple, dengan memperlihatkan gaya khas tomboinya. Namun apa pedulinya, ia hanya datang untuk menemani sekretaris galaknya yang nantinya akan merangkap menjadi kakak iparnya.

"Na, gue harap lo bisa kembali menjadi bagian dari mereka. Gue tau pasti, kalau apa yang terjadi itu karena kesalahpahaman saja. Dan diumur lo yang belum menginjak 17 tahun, lo pasti masih membutuhkan kasih sayang mereka. Dan tempat lo sekarang adalah mereka, secepatnya lo harus kembali. Gue pikir lo udah dewasa buat mencerna kata-kata gue."

Ana terdiam beberapa saat lamanya, namun akhirnya ia tersenyum menanggapi.

"Ada kalanya sebutir debu akan kuat layaknya sebongkah batu. Namun debu itu ada kalanya ia merasa sendiri dan rapuh juga pada saat itu. Dia membutuhkan teman yang lain agar mereka dapat bersatu, lalu bekerja sama agar mereka lebih kuat dengan rasa saling percaya. Dan itu ibarat lo yang pergi dari mereka yang hidupnya sudah berbeda ketika lo pergi." ucap Alissha panjang lebar lagi.

Ana tersenyum menanggapi lagi. "Tapi mbak. Ada kalanya seseorang merasa kecewa akibat adanya suatu hal yang membuat kita untuk pergi saja, dan itu terjadi pada gue. Sigadis kecil dulu yang tak tau arah jalan, dan tak tau arah jalan untuk  kembali."

Alissha termenung beberapa saat.

"Gue tahu lo gadis kuat Na. Terbukti sekarang lo bisa sukses diusia muda dengan kecerdasan yang lo punya. Dan gue sangat salut karena lo masih saja bertahan, ketika raga lo emang udah nyerah buat bangkit berkobar. Gue terima dengan keputusan lo nantinya, karena gue tahu itu pasti yang terbaik buat lo."

"Thanks Mbak."

Kini mobil Alissha telah sampai didepan rumah orang tua kekasihnya. Alissha yang terlihat gugup nampak mengeluarkan keringat dinginnya, sedangkan Ana tetap stay cool dengan wajah santainya.

"Na gimana nih, gue gugup pakai banget. Mau ketemu camer gini rasanya gue mau nyerahin skripsi ke dosen galak." jelas Alissha dengan gelisah.

"Hahaha, wong edan. Dibikin santai aja napa!"

Ana langsung turun, dan disusul dengan Alissha yang berlari. Setelah itu Ana dengan santainya bersandar didinding tembok samping bel rumah, dengan Alissha yang asyik membaca mantra agar dirinya tidak gugup.

Ting.. Nong..

Alissha membunyikan bel rumah dengan mulut yang masih komat-komat, sembari matanya yang tertutup rapat.

"Alay lo, baru aja ketemu calon mertua udah kayak gini. Apa lagi kalau udah sah dipelaminan." jawab Ana santai, yang dibalas tatapan tajam oleh Alissha. Dan dibalas cengiran tak jelas oleh Ana.

Ceklek.

Pintu terbuka lebar, dan terlihat wanita lanjut usia namun masih nampak awet muda. Alissha tersenyum kikuk, namun wanita itu tersenyum lebar.

"Pacarnya Devon ya?" tanya wanita itu memastikan.

"Iya Tante." balas Alissha kikuk.

"Panggil saya Mamah saja ya kayak Devon."

Dan dibalas anggukan oleh Alissha.

'Ini mah lembut kayak kucing, tapi kalau dirumah galaknya ngalahin harimau mau lahiran.' batin Ana menanggapi.

Wanita yang diketahui Ibu dari anak pemilik rumah itu belum mengetahui ada orang lain selain Alissha, mungkin karena Ana yang tetap bersandar tanpa memperkenalkan diri.

"Ayo nak masuk. Devon tadi baru pulang, mungkin sekarang lagi mandi. Ditunggu ya." ucap wanita itu.

Alishha masuk lalu diiikuti oleh Ana. Sedangkan wanita itu terpaku ketika Ana memasuki rumahnya mengikuti Alissha dibelakangnya.

******

714 Kata.

Sedikit ya? Maaf banget ini karena disuruh buat matiin hp, ngetiknya juga diem-diem kok. Tunggu update'an selanjutnya. Isyaalloh lebih panjang.

Instagram: @vaa_morn01

S.A.D In A Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang