Forty Five

62K 2.3K 38
                                    

Ana menyilangkan tangannya di atas meja kantin. Mulutnya terus saja mengeluarkan udara yang membuat poninya sedikit berterbangan. Matanya terus saja melirik kearah Arkan yang berdiri di samping penjual nasi goreng. Dan itu baru pertama kalinya ia melakukan.

'Apakah aku begitu spesial untuknya? Jika iya, maka tolong sampaikan terimakasihku padanya karena telah menempatkanku ditempat yang paling terindah. Terimakasih, karena dirimu aku bisa merasakan cinta yang kedua kali. Meskipun sama sekali aku tak pernah mengutarakannya' Batin Ana dalam hati.

Perlahan Ana tersenyum, dengan khayalan yang terus berkeliaran diatas kepala. Hingga, sosok yang baru saja merelakan diri untuk ikut antri, sudah berada didepannya dengan dahi yang mengernyit heran.

"Sayang. Kamu nggak apa-apa kan? Kamu kenapa coba?" tanya Arkan dengan raut muka khawatir.

"Kenapa apanya? Aku nggak apa-apa." jawab Ana langsung.

"Kok kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Arkan lagi.

"Nggak ngomong salah, senyum juga salah. Kayaknya aku serba salah deh." balas Ana lagi dengan kesal.

"Ya, lagian kamu sih... Ya sudah nasi gorengnya makan dulu." ucap Arkan lembut.

Ana hanya mengangguk, lalu mengambil sendok yang telah tersedia. Ia mulai menyendok nasi, dan memasukkan kedalam mulut.

"Kok nggak pedes?" protes Ana langsung.

"Kamu itu belum makan pagi, jadi nggak boleh makan pedes. Terus aku nggak mau kalau kamu sakit magh. Jadi aku nggak akan membiarkan kamu makan pedes!" sambung Arkan panjang lebar.

"Tukang ngatur!" semprot Ana langsung.

"Itu demi kebaikanmu sayang." balas Arkan santai.

"Ya udah, aku nggak jadi makan!"

Arkan memelototkan matanya. "Kamu harus makan sayang!"

"Kenyang. Pokoknya kamu yang harus menghabiskan, bye aku mau ketoilet bentar." ucap Ana.

"Huft.. Jangan lama-lama. Pokoknya kalau habis dari toilet, kamu harus dateng ke sini nerusin makan kamu."

"Iya."

Ana langsung bangkit dari duduknya untuk pergi ketempat tujuannya. Namun bukan dirinya, jika dia tak bisa berbohong. Ya, dia tidak pergi ketoilet. Melainkan pergi ke taman belakang sekolah yang selalu menjadi tempat persembunyiannya.

Setelah sampai, tanpa sengaja Ana melihat pohon mangga yang tentunya sangat besar dan menjulang tinggi. Ia tersenyum manis, mungkin jika ada yang melihatnya, mereka akan langsung terpesona dengan Ana.

'Mungkin tidur di atas sana nyaman kali ya, mangganya mungkin manis juga. Sekalian aja nge test apakah keahlian gue ini masih ada apa enggak.' Pikir Ana dalam hati.

Ana mulai mengambil ancang-ancang untuk memanjat. Dengan percaya diri penuh, Ana mulai memanjat pohon itu. Dan ya, dia berhasil memanjat pohon itu. Lalu mulai memetik mangga muda yang berada didekatnya.

Bukan Ana jika dia tak memiliki banyak cara untuk memakan mangga itu. Perlahan ia mulai menggigit mangga itu, dan menggelinjang hebat.

"Asem banget nih mangga. Tapi lumayan lah buat ganjal perut." gumam Ana pelan.

Baru saja ia ingin menggigit mangganya kembali. Suara bising beberapa orang, telah menganggu ketenangannya. Ya Ana mengenalinya, siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya, yang tak pernah absen membullynya.

"Suwerrr tuh mantan cewek nerd. Sok kecantikan banget tuh dia. Bebeb Arkan juga, mau-maunya beliin tuh cewek makanan." sungut Fiona sebal.

'Ohhh, ceritanya iri nih.' batin Ana dalam hati.

S.A.D In A Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang