_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______
Jangan lupa voment ya..
Happy reading!Hari sudah semakin sore, murid-murid SMA LD sudah banyak yang pulang ke rumah masing-masing setelah penat mengikuti KBM hari ini, tetapi masih banyak juga yang belum pulang, termasuk Marv dan Sasa yang belum pulang dan saat ini tengah duduk berdua di kursi taman dengan meja bundar yang terbuat dari semen yang dicat cokelat gelap di tengahnya.
"Kamu ga fokus," celetuk Marv tiba-tiba."Gue fokus," balas Sasa meyakinkan, walaupun wajahnya sudah tertekuk sejak tadi.
"Gak. Dari tadi gak merhatiin."
"Gue ..., haus. Gue haus, dehidrasi," ujar Sasa berbohong dengan mengalihkan wajahnya ke arah lain.
Bola mata Marv berpendar geli, dia tahu kalau Sasa tengah berbohong dan dia memiliki sebuah rencana.
Sasa kembali menghadapkan wajahnya ke arah depan, di mana Marv duduk di sana, ketika suara derit kursi terdengar. "E-eh, lo mau ke mana?" tanyanya heran melihat Marv yang sudah berdiri dan siap melangkah.
"Ke sana bentar. Tunggu di sini." Marv berlalu meninggalkan Sasa yang menatap kepergiannya dengan kernyitan halus di dahinya.
✴️✴️✴️
"Berapa, Bu?"
"Tiga puluh dua ribu, Marv."
Untung lah kantin sekolahnya masih ada yang buka, yang kebetulan adalah warung langganannya.
Marv menyodorkan uang lima puluh ribu kepada Ibu kantin tersebut. "Ini ..., makasih, Bu," ucapnya, lalu bergerak berlalu dari sana dengan menenteng plastik berisi minuman air putih dan jus serta roti tawar rasa cokelat.
"Kembaliannya belum, Marv!" seru Ibu kantin memberitahu. Dia mengenal Marv, siswa yang memang sering jajan di warungnya bersama Gilang.
Tidak ada yang tidak mengenal seorang Marv, satu sekolah semuanya mengenal siapa Marv, sang Ketua Osis tampan yang terkenal dengan pribadi yang baik, tenang dan sopan.
Marv berbalik ke arah tempat yang tadi dia membeli minuman, terlihat Ibu kantin masih menatap ke arahnya dengan tangan terulur menyodorkan uang kembalian padanya. "Gak usah, buat Ibu aja. Ya udah, saya balik dulu, ya, Bu."
Ibu kantin hanya mengangguk pasrah sebagai balasan. Setiap kali Marv jajan di warungnya, pemuda itu selalu memberi uang lebih, tidak pernah memberikan uang pas padanya dan ketika dia akan memberikan kembaliannya, Marv selalu menolak dan mengatakan kalau kembaliannya untuk dia saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
Teen Fiction[ON GOING, Baby] "Ketika kita mencintai seseorang dan apa yang kita rasakan di awal fase mencintai itu adalah rasa sakit dan kepahitan, percayalah, bahwa di akhir nanti rasa manislah yang akan kita cecap sebagai penyembuhnya." Tetapi apakah benar se...