_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______Jangan lupa voment ya..
Happy reading!Hari ini Sasa berangkat cukup pagi atau lebih tepatnya kepagian. Suasana sekolah masih terlihat sepi, hanya dirinya dan segelintir murid lainnya yang sudah datang.
"Eh, Fera. Lo udah sembuh?" tanyanya terkejut ketika mendapati ada salah satu teman sekelasnya, Fera, yang sudah ada di dalam kelas. Tadinya dia pikir hanya dirinya satu-satunya yang sudah memasuki kelas di pagi ini.
"Udah, Sa. Kemaren cuma demam ringan doang."
"Lo jangan nyepelein demam. Kadang demam bisa jadi lebih bahaya kalo enggak cepet-cepet diatasin," tegur Sasa.
"Iya juga, sih, Sa."
Sasa meletakkan tas punggungnya di atas kursi, tempat yang dia duduki. Dia ingin pergi ke taman untuk menikmati mentari pagi sambil menunggu bel masuk yang masih empat puluh menit lagi berbunyi. "Ya udah, kalo gitu gue keluar dulu, ya," pamitnya.
Fera meresponnya dengan anggukan kepala dan senyum.
Taman terlihat sepi. Sasa bergerak mendudukkan diri di kursi yang ada di sana, tetapi saat tangannya menyentuh permukaan kursi, ternyata kursi tersebut sedikit basah akibat embun. Dia segera mengeringkannya dengan tisu yang dia bawa, setelah itu barulah dia duduk manis di sana. Menikmati terpaan cahaya mentari pagi yang lumayan hangat sambil mendengarkan musik melalui headset dan juga ditemani roti cokelat yang masih hangat adalah hal sederhana yang ternyata terasa mengasyikkan baginya.
Karena terlalu asyik menikmati itu semua, Sasa tidak sadar kalau ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari belakang.
Orang itu adalah Marv.
Marv yang baru saja berjalan ke taman untuk menikmati mentari pagi -taman di sekolah tersebut adalah tempat terbaik ketika di pagi hari karena itulah setiap pagi dia menyempatkan diri untuk duduk sebentar di sana- harus dikejutkan oleh sesuatu yang ada di sana. Ada pemandangan menarik dan asing yang tidak biasanya ia lihat di sana.
Sosok indah yang sedang duduk dengan tenangnya, dengan kepala yang sesekali berayun pelan. Terlihat semakin indah tatkala sinar mentari menerpa tubuhnya. Seluruh yang ada dalam diri sosok tersebut bersinar keemasan.
Marv terpana melihatnya. Dia tahu betul siapa sosok tersebut. Pemilik rambut paling mecolok di SMA LD. Murid baru yang kebetulan juga menjadi teman sekelasnya. Siapa lagi kalau bukan Sasa. Dia mengurungkan niatnya untuk duduk di kursi taman tersebut dan lebih memilih untuk tetap berdiri di sana dengan tangan yang dia masukkan ke dalam kantong celana. Rasa pegal yang lama kelamaan dia rasakan di sekujur kaki panjangnya akibat terlalu lama berdiri, semua itu sebanding dengan keindahan yang dilihatnya saat ini. Ibaratnya dia rugi sekaligus beruntung di saat yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
Roman pour Adolescents[ON GOING, Baby] "Ketika kita mencintai seseorang dan apa yang kita rasakan di awal fase mencintai itu adalah rasa sakit dan kepahitan, percayalah, bahwa di akhir nanti rasa manislah yang akan kita cecap sebagai penyembuhnya." Tetapi apakah benar se...