38. Rencana Pindah

125 18 21
                                    

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

😘

Happy reading!

🌹

"Mau Bunda bikinin makanan apa, Sayang?"

"Itu..."

"Sayur asem sama ayam goreng?" kata Wanda akhirnya, ketika melihat keragu-raguan yang terlihat di mata Sasa. "Kamu suka itu 'kan?"

Menutupi keterkejutannya atas tebakan Wanda yang benar mengenai salah satu makanan kesukaannya, Sasa lebih mendekat ke dapur dan mengangguk disertai senyum malu-malu. Sasa bertanya-tanya di dalam hatinya tentang bagaimana bisa wanita itu mengetahui hal tersebut.

Wanda tersenyum jahil, diam-diam melirik ke arah Marv yang kebetulan lewat, yang beberapa saat lalu memberitahunya apa yang Sasa suka dan tidak suka. Tangannya menunjuk kursi tinggi hitam di seberang meja dapur yang terbuat dari kayu mengilap, tanpa suara menyuruh Sasa agar duduk di sana sedangkan dirinya bersiap untuk memasak.

Dan bukannya duduk, seperti apa yang tante Wanda suruh -Wanda meminta agar Sasa memanggilnya bunda, sama seperti Marv, tetapi Sasa belum berani untuk menyebut tante Wanda dengan bunda. Dia takut membayangkan apa yang akan Marv pikirkan tentang itu- Sasa justru berjalan semakin ke dalam dan mengikuti apa yang Wanda lakukan.

"Aku mau bantu tante, boleh 'kan?" katanya lembut. "Udah lama Sasa nggak ngerasain masak bareng lagi."

Marv sudah menceritakan banyak hal mengenai diri Sasa pada Wanda. Hal itu sangat membantu Wanda untuk bisa mengenal dan memahami gadis cantik itu dengan baik. Terima kasih banyak untuk putranya.

Apa yang tersirat dari kata-kata yang Sasa ucapkan dengan nada lirih itu menguak arti yang sangat jelas untuk Wanda, yaitu Sasa sudah lama tidak merasakan kegiatan masak bersama baik dengan papanya, yang sedang di Jakarta, maupun mamanya, yang sudah lama tiada. Wanda tahu betul rasanya kehilangan orang tercinta dari sisinya.

Berpura-pura tidak mengetahui segalanya, Wanda menjawab dengan keceriaan yang sedikit berlebihan, menutupi rasa teriris yang tengah dia rasakan untuk Sasa. "Boleh dong, Sayang. Bunda senang kalau kamu mau masak bareng Bunda."

Mereka berdua memasak sambil sesekali mengobrol dan bergurau. Tidak sadar bahwa hal itu mampu menciptakan kedekatan di antara mereka.

"Almarhum mama suka masakin sayur asem sama ayam goreng buat Sasa dan sampai saat ini belum ada yang bisa ngalahin lezatnya masakan mama," terang Sasa, kemudian tersenyum ke arah tante Wanda. "Semoga masakan tante nggak jauh beda rasanya sama masakan mama, biar bisa ngobatin rasa rindu Sasa ke mama."

Oh, Sayang. Wanda tersenyum keibuan sambil mengelus kepala Sasa. "Bunda berusaha sebaik mungkin masakin ini buat kamu kalau begitu."

Di seberang sana Marv menatap dengan senyum haru, melihat bagaimana interaksi intens yang secara mengejutkan terjalin di antara bundanya dengan Sasa. Masih bergetar karena tidak pernah menduga hal ini akan terjadi, bahwa dua wanita penting dalam hidupnya saat ini berdiri berdampingan dengan manisnya.

Agar tidak terus menerus menatap Sasa yang tengah berseri-seri luar biasa, yang sepertinya gadis itu tidak sadar bahwa hal itu mampu menambahkan dosis kecantikan di wajahnya, Marv memilih untuk mengambil laptop di dalam kamarnya.

Bittersweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang