42. Menemukanmu

119 12 31
                                    

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

Hai!
Selamat malam ... Malam apa ini? Pastinya bukan malam Minggu, hari biasanya aku update, but ya, aku harus update sekarang.

.

Happy reading!

🌹

Marv menoleh terkejut ke arah suara merdu itu, suara yang sedikit serak. Suara kesukaannya. Suara Sasa. Ah, dia gagal bersembunyi. Dia mulai tidak yakin bisa bersembunyi dari Sasa.

Bukannya membalas senyum Sasa, Marv justru terus terpaku pada mata hijau keabuan Sasa, kemudian memandangi keseluruhan wajah gadis di depannya itu. Lebih dari sekadar cantik, tidak tahu lagi bagaimana dia harus menggambarkan seorang Sasa.

Pagi ini dia sudah cukup tersiksa karena menghindari Sasa, berpura-pura tidak melihat gadis itu padahal mereka berpapasan di koridor pukul setengah enam pagi tadi. Niatnya yang ingin ke ruang Osis harus beralih ke gudang sekolah yang menyeramkan demi menghindari pujaan hatinya.

Orang tidak waras mana yang memilih menghindari seseorang yang dianggap sebagai 'pujaan hati' kalau bukan Marvino. Menyedihkan.

Marv ketakutan saat membayangkan apa yang harus dia ucapkan kalau saja tidak berhasil kabur ke gudang tadi. Puji syukur dia panjatkan karena Sasa tidak senekat itu sampai-sampai menyusulnya ke gudang. Entah apa yang akan terlontar atau justru sama sekali tidak ada yang keluar dari bibirnya yang terasa kebas kalau-kalau Sasa bertanya apa yang dia lakukan pagi-pagi di gudang itu.

Siangnya, Marv harus kembali berhadapan dengan masalah yang sama. Dia tahu, sepulang sekolah Sasa mencarinya. Sebenarnya dia berada tepat di belakang Sasa dan -untungnya- hal itu tidak diketahui oleh Sasa. Dia harus pintar-pintar mencari tempat bersembunyi yang jaraknya tidak terlalu jauh untuk bisa terus mengikuti Sasa tanpa ketahuan.

Sasa mencarinya ke mana-mana, bahkan -yang dia tidak habis pikir- sampai mencarinya ke toilet laki-laki. Ketika adik kelas yang ditanyai oleh Sasa mengenai keberadaannya akan menyodorkan ponselnya ke arah Sasa, adik kelasnya tersebut menyadari keberadaannya saat itu juga.

Hal itu Marv manfaatkan untuk memelototinya dan mengancam tanpa suara untuk jangan berani-beraninya meminta nomor ponsel gadis-nya. Dan berhasil, adik kelasnya itu membatalkan niatnya tersebut dan angkat kaki dari sana secepatnya.

Puncaknya ketika di kantin. Marv sudah lama merasa kalau Bohlam menyukai Sasa, tetapi dia tidak begitu yakin apakah benar begitu, awalnya. Tetapi semuanya terkuak saat di kantin tadi. Marv bisa melihat tatapan Bohlam pada Sasa. Marv bisa merasakan perbedaannya karena mereka berdua sama-sama laki-laki dan juga mungkin karena sama-sama menyukai gadis yang sama.

Emosinya melonjak saat melihat Bohlam menyentuh pinggang Sasa dan menyeret gadisnya ke meja laki-laki itu. Ketika Sasa mulai memberontak dari cengkeraman Bohlam, Marv sudah tidak tahan lagi, dia bergerak maju, tetapi aksi Sasa yang membanting tubuh tinggi Bohlam ke lantai kantin membuatnya tercengang-cengang. Timbul rasa bangga yang luar biasa dan juga sedikit rasa takut melihat sisi lain Sasa tersebut.

Marv segera menghubungi Icha dan Gilang, yang sedang di parkiran menunggu Sasa dan juga dirinya, untuk segera ke kantin dan menjelaskan secara singkat apa yang terjadi. Dengan cepat Gilang dan Icha menyusulnya ke sana. Ketika Bohlam bangkit dan ingin menyentuh Sasa lagi, saat itulah Bohlam menyadari keberadaannya. Beserta dua sahabatnya di belakangnya.

Bittersweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang