36. Jangan Pergi

103 23 17
                                    

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

GIMANA TAHUN BARUANNYA?
SERU?
SEPI?
ATAU
RINDU?

MASIH MENCINTAINYA?
MASIH MENGHARAPKANNYA?
MASIH MENUNGGU DIA YANG DI SANA?

semoga babang Kai sama neng Jennie bahagia :)

Semoga 2019 menjadi pribadi lebih baik lagi. Tercapai semua ingin dan impian. Aamiin

Mwumwumwu

Okedeh


Happy reading!

🌹


Rintik hujan, yang cukup mampu untuk membuat tubuh siapa saja yang berada di bawahnya menjadi basah, turun dari cakrawala yang berubah menggelap karena mendung. Kilat petir menyambar-nyambar dengan cukup mengerikan di atas sana, walaupun tanpa suara yang menggelegar didengar.

Hari masih cukup sore, tetapi rasa-rasanya seperti tengah malam. Suasana lebih sepi dari biasanya, tentu saja, karena siapa pun -yang cukup waras dan tidak memiliki kepentingan serta keperluan untuk keluar rumah- lebih memilih untuk mengurung diri di rumah, berlindung dari dinginnya suasana kala itu dengan bergelung dalam selimut yang menghangatkan.

Seharusnya Sasa juga termasuk ke dalam orang yang waras itu, yang memilih tetap berada di dalam kamarnya saat hujan turun. Meringkuk di kasur atau di atas sofa dengan selimut wol abu-abu kesayangannya yang dia bawa dari Jakarta yang membalut tubuhnya, menonton televisi atau film, atau mungkin membaca buku yang baru dia beli beberapa hari lalu.

Tetapi ketenangan yang ia butuhkan memaksa Sasa menyeret dirinya sendiri untuk berada di luar. Kedinginan dan sendirian. Haus dan hampir menangis, lagi. Dia berasumsi bahwa dengan berjalan-jalan saat suasana hujan mungkin saja bisa merontokkan gugusan kegalauan yang dirasakannya.

Tunggu, hei, kenapa dia harus merasa galau? Dan kenapa pula dia harus hampir menangis?

Hujan mulai mereda saat suara merdu muazin mengumandangkan azan sayup-sayup terdengar.

"Makasih, ya, Bu," ucapnya dengan ramah, mengulurkan tangan dengan uang lima ribuan di atasnya, yang dibalas dengan keramahan juga oleh ibu-ibu itu.

"Nggeh, Nduk. Sama-sama."

Sasa langsung bergegas untuk kembali ke hotel setelah membeli wedang jahe di ibu-ibu yang kebetulan lewat dengan gerobak biru besarnya. Dia harus mandi air hangat lalu setelah itu salat magrib.


Gadis bodoh mana yang dengan santainya dan sepertinya juga dengan sengaja berjalan-jalan di bawah guyuran hujan lebat -baiklah, hanya gerimis yang cukup deras- tanpa payung atau pun jas hujan? Apa kira-kira alasan gadis tersebut melakukan itu? Dia tidak habis pikir.

Marv kebetulan sedang berkendara untuk membeli sesuatu dan tanpa sengaja melihat seorang gadis yang hujan-hujanan di seberang sana. Dia menepikan mobilnya, intuisinya menyuruhnya untuk berhenti. Marv menajamkan indra penglihatannya dan mendapati bahwa gadis bodoh tersebut adalah Sasa.

Kegeraman, bahkan kemarahan tiba-tiba muncul dalam diri Marv. Apa yang sebenarnya Sasa lakukan? Tangannya sudah bersiap membuka pintu mobil dan kakinya siap berpijak di atas jalanan yang basah, bermaksud untuk menghampiri Sasa, tetapi dia kalah cepat karena Sasa sudah menghilang di balik tinggi dan mewahnya bangunan hotel yang gadis itu masuki barusan.

Bittersweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang