_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______
Happy reading!
🌹
(Jelas sudah diriku kau dekati)
Namun bukan cinta yang ingin kau miliki.✨
-Jangan-
Marion Jola feat. Rayi PutraMarv berdiri membeku, otaknya seolah lumpuh. Dia tidak bisa berpikir. Dia tidak menduga. Dia tidak pernah memikirkannya. Ya, sebenarnya hubungan mereka ini apa? Dia juga tidak sadar saat mencap Sasa sebagai miliknya. Miliknya. Ya ampun.
Sudah berkali-kali dia menyakiti perasaan Sasa -sama seperti daddy-nya yang suka menyakiti bundanya- gadis cantik yang selalu membuatnya berdebar. Benar, Marv merasa debaran di jantungnya tiap kali berdekatan dengan Sasa. Tidak. Bukan hanya berdekatan, dengan saling menatap intense dari jauh pun sudah mampu membuat jantungnya menggelepar di dalam sana.
"Jangan main-main sama yang namanya perasaan," kecam Sasa dengan bisikan terarah padanya.
Marv semakin tak karuan karena merasa berdosa.
"Pak Hardik, mohon maaf sepertinya saya tidak bisa mengikuti pelajaran Bapak hari ini. Bapak bisa mengalpa saya. Terima kasih, kalau begitu saya permisi." Sasa berpamitan dan pergi tanpa menunggu persetujuan dari gurunya itu. Dia tahu, bukan persetujuan yang akan dia dapatkan melainkan kemurkaan.
Sasa mendengar kalau Icha memanggil namanya. Ini kedua kalinya Icha memanggilnya, bukan dengan panggilan 'Tak' atau 'Pitak', seperti biasanya, tetapi dengan 'Sa'. Dia senang, dia ingin memeluk Icha yang selalu menguatkannya. Seharusnya Sasa berhenti, tetapi tidak. Kali ini biarlah lengannya sendiri yang memeluk dirinya. Biarlah Sasa sendiri yang menguatkan dirinya.
Yang Sasa butuhkan kali ini adalah dirinya sendiri. Seorang Sasa. Benar-benar Sasa.
"Sasa, tunggu!" Marv menyusul keluar. "Aku bilang tunggu," katanya dengan segera menghadang Sasa yang terus berjalan.
"Apa?"
"Apa ini ada hubungannya sama kemarin?"
"Apa pun itu, ini nggak ada hubungannya sama kemarin, besok, atau pun tahun depan. Sama sekali enggak ada," sergah Sasa.
"Kalau gitu kenapa?"
"Karena aku sayang sama kamu, Marvino," aku Sasa. "Entahlah."
Terjadi keheningan panjang setelah kalimat itu terlontar. Dengan lancangnya mulutnya mengakui hal terlarang itu. Nanti. Nanti dia akan menghukum dirinya sendiri. Sudah terlanjur.
"Sa," Marv memanggil dengan lembut, tetapi Sasa mencegahnya dengan mengibaskan tangan, seolah meminta agar dia melupakan kalimat menakjubkan itu.
"Apa kamu tau itu?" Dilihat dari ekspresi Marv saat ini pastilah laki-laki itu tidak tahu. Setetes bening terjatuh dan meluncur di pipi bersih Sasa. "Aku bodoh dan aku tau kamu nggak akan peduli sama hal itu. Seharusnya aku enggak biarin perasaan bodoh ini berkembang."
"Jangan pernah sebut perasaan itu perasaan bodoh," larang Marv, merasa tidak suka.
Sasa menghapus air matanya dengan gerakan yang menurut Marv cukup kasar dan Marv ingin sekali menghapus air mata itu, dengan lembut, kemudian merengkuh tubuh gadis itu dalam pelukannya. Kalau itu dibolehkan. Untuk menahan dorongan gilanya itu dia memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengepal kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
Teen Fiction[ON GOING, Baby] "Ketika kita mencintai seseorang dan apa yang kita rasakan di awal fase mencintai itu adalah rasa sakit dan kepahitan, percayalah, bahwa di akhir nanti rasa manislah yang akan kita cecap sebagai penyembuhnya." Tetapi apakah benar se...