24. Kangen-Kangenan

130 23 14
                                    

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

Part ini aku dedikasikan buat kalian yang lagi LDR-an sama orangtuanya.

Apa yang paling kalian rindukan pas LDR-an sama orangtua?

Menurut kalian gimana rasanya LDR-an sama orangtua?

Kalian tipe orang yang betah jauh dari orangtua atau engga?

Kalian tipe orang yang betah jauh dari orangtua atau engga?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading!
🌹

"Papa kapan ke sini jenguk aku?" tanya Sasa sambil memindahkan ponselnya yang tadinya berada di telinga kanan ke telinga kirinya. "Aku kangen banget sama Papa."

"Papa juga kangen banget sama belahan jiwa Papa yang ada di Solo," balas papanya dengan diakhiri kekehan halus.

"Makanya ke sini, dong, Pa."

Sasa baru saja ingin memejamkan kedua matanya untuk segera tidur - seperti kata Marv tadi, tidur yang nyenyak - ketika dering ponselnya berbunyi yang membuatnya mau tidak mau harus mengurungkan niatnya itu. Dering tersebut adalah dering panggilan masuk yang ternyata dari papanya. Sasa rela jam tidurnya setiap malam terpotong dan tertunda demi mengobrol dengan papanya. Meskipun itu hanya melalui panggilan telepon.

"Sabar, ya, Nak. Secepatnya Papa ke sana," ujar papanya dengan nada yang menenangkan.

Sasa berusaha untuk terus memaklumi pekerjaan papanya yang selalu menumpuk, yang membuat papanya selalu sibuk karena dia tahu kalau semua itu juga untuk dirinya. Mungkin karena itu juga, sampai saat ini papanya belum sempat untuk datang ke Solo, menemuinya.

Untunglah mereka mempunyai suatu kebiasaan, yaitu rutin setiap harinya untuk saling menghubungi satu sama lain baik itu melalui pesan maupun panggilan, sehingga hubungan mereka tidak ada celah yang akan membuatnya menjadi renggang.

Tetapi sudah tiga hari belakangan ini mereka tidak saling mengobrol lewat telepon dikarenakan papanya tengah melakukan perjalanan mendadak ke daerah yang sulit sinyal dalam rangka perjalanan bisnis. Saat-saat seperti inilah, Sasa sebagai anak dituntut untuk mengerti, memahami dan mendukung penuh papanya, yang menjadi orangtuanya.

"Putri Papa lagi ngapain?"

Suara berat dan berwibawa papanya mengembalikan Sasa ke dunia nyata. Dia bergerak pelan turun dari ranjangnya untuk menuju ke balkon kamarnya dan saat dia menggeser pintu kaca itu, udara malam hari langsung menusuk tulangnya, menyerang kulit Sasa tanpa ampun yang membuatnya sedikit menggigil.

Bittersweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang