44. Renggang

88 9 25
                                    

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

Siapa yang udah nonton Avangers: Endgameee??

3000/10 for Avangers: Endgame

Thank you, Marvel💛

Dan...
Bagi yang belum nonton, mending baca ini aja deh, ga perlu ke bioskop apalagi ngeluarin duit.

Sorry, Thanos😋

Oke
.
.

Happy reading!

🌹

Sasa merenung di jendela kamarnya. Di luar sayup-sayup terdengar suara jangkrik dan katak yang saling bersahutan. Bumi yang semula kering kerontang menjadi basah setelah diguyur hujan yang tiba-tiba datang dengan begitu lebatnya satu jam yang lalu. Semilir angin malam menjadi semakin dingin menghujam tulang karena hujan, membuatnya menggigil kedinginan, meskipun begitu dia memilih untuk tidak menghiraukan.

Apa yang telah dia lakukan?

Apa yang harus dia lakukan?

Pertanyaan-pertanyaan itu hilir mudik di pikirannya sejak dua belas jam yang lalu. Ya, dua belas jam dan selama itulah Sasa hanya diam dan terus merenung.

Sasa merasa ... rindu. Rindu yang teramat sangat. Sampai sakit rasanya. Seakan ada yang membelit paru-parunya, membuatnya sulit untuk bernapas. Membuatnya pening.

Pernahkah kalian merasa seakan ada sesuatu yang menggedor-gedor hati kalian dan ternyata gangguan itu disebabkan oleh rasa rindumu akan seseorang? Membuncah dan sulit dikontrol. Menyebalkan dan sukar dienyahkan.

Itulah yang Sasa rasakan.

Dia ... kesepian.

Entah sudah berapa lembar tisu yang dia habiskan demi mengeringkan banjir air matanya yang tak kunjung surut.

Sasa tidak bermaksud untuk menyakiti. Sama sekali tidak. Dia hanya ...

Ketukan di pintu kamarnya menginterupsi lamunan panjang Sasa yang mungkin sudah di ambang batas. Interupsi itu pulalah yang menjadi penolong bagi Sasa yang hampir saja kehilangan akal jika tidak bergerak seinci pun lebih lama lagi.

"Makan." Itu suara Icha. Perintah, bukan ajakan. Singkat, jelas, dingin dan sarat akan amarah.

Sasa memejamkan matanya. Hatinya pedih. Dia rindu saat-saat Icha yang menyuruhnya makan, walau dengan cara yang seringnya menyebalkan.

"Tak, kita makan itu buat idup, ya, kan?" Biasanya Icha akan mengucapkan kalimat itu terlebih dahulu sebelum, "kalo gitu, ayo makan! Gue udah laper. Gue makan buat tetep kuat, tapi kayanya lo lebih seneng bikin gue gemeter kelaperan. Buru, Tak, gue bakalan pingsan kelaperan gara-gara nunggu lo!" Kalau Sasa menggodanya lebih lama lagi Icha akan menyeretnya sembari berkata, "Buru, Pitak Sasaaaa!"

"Iya, bentar," responsnya beberapa saat kemudian setelah mengenyahkan kenangan itu.

Sasa keluar dan ternyata Icha sudah tidak ada di sana. Biasanya Icha akan menunggu di depan pintu kamarnya sampai Sasa keluar dan mereka akan berjalan bersama ke meja makan dengan saling melempar ejekan. Biasanya.

Mereka satu rumah, tetapi kini rasanya sangat jauh. Mereka satu atap, tapi rasanya enggan untuk saling melempar tatap. Jarak mereka hanya beberapa jengkal, tetapi kini rasanya lebih memilih untuk dipenggal.

Bittersweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang