1. Sayang Paula Pariz

992 63 87
                                    

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

Jangan lupa voment ya..
Happy reading!

💋

Sayang Paula Pariz atau biasa dipanggil Sasa adalah seorang gadis cantik asal Jakarta. Seperti namanya, dia adalah seorang yang penyayang. Sosoknya yang percaya diri, ceria, blak-blakan dan terkadang judes, mampu membuat orang-orang di sekitarnya menjadi nyaman sekaligus segan.

Tidak banyak yang tahu kalau dia bisa berubah menjadi gadis memalukan, sensitif dan manja karena dia hanya akan memperlihatkannya di depan orang-orang terdekatnya saja. Dan lebih dari itu ..., dia mempunyai keinginan besar dan trauma mendalam akan sesuatu.

Sasa harus rela hijrah ke Kota Solo demi melanjutkan pendidikannya. Hal itu dia lakukan karena paksaan Papanya yang menginginkan dirinya untuk tinggal di Solo.

Dia sempat bernegosiasi panjang dengan Papanya, bahkan Sasa harus berpura-pura menangis agar Papanya merasa iba dan tidak jadi mengirimnya ke Solo, tapi tentu saja semua itu sia-sia. Papanya sudah bertekad bulat.

Jakarta bagaikan nadinya karena itulah ia begitu tidak rela harus meninggalkan kota tercintanya.
Keluarga, teman, cinta, laki-laki tampan, popularitas dan fasilitas. Semuanya terasa begitu komplit dan dia mendapatkan semua itu di Jakarta.

Sasa tahu, sesampainya di Kota Solo, ia tidak akan pernah lagi bisa merasakan semua itu. Rasa takut mulai menghantuinya secara perlahan.

🌹

Dia merasa semakin frustasi. Pesawat yang ia tumpangi akan mendarat di Kota Solo kurang dari sepuluh menit lagi. Itu artinya, tidak ada lagi jalan keluar baginya. Ia tidak bisa kabur dan tidak bisa menolak takdir yang menurutnya pahit ini.

"Nak, kita istirahat dulu di hotel. Besok pagi, baru kita ke sekolah kamu."

Sasa mengangguk lemah sebagai respon, namun dia tetap memaksakan senyumnya.

Sepanjang perjalanan dari Bandara Adi Soemarmo ke Hotel Alila yang dia tahu kalau hotel itu adalah hotel bintang lima di Solo, Sasa sama sekali tidak menikmati pemandangan di luar jendela mobil yang mereka tumpangi. Hari masih siang dan matahari terlihat begitu terik di luar sana. Dia ingin cepat-cepat berbaring di atas kasur yang empuk dengan kondisi AC yang menyala. Perjalanan Jakarta-Solo memang tidak terlalu memakan waktu yang lama, tapi rasa lelah tetap ia rasakan. Dan rasa lelah itu lebih tepatnya dikarenakan ia tidak menikmati perjalannya kali ini.

 Dan rasa lelah itu lebih tepatnya dikarenakan ia tidak menikmati perjalannya kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Alphard yang mereka tumpangi mulai memasuki Hotel Alila. Papanya memesan Presidential Suite yang mempunyai fasilitas mewah kelas atas di hotel tersebut.

"Selamat malam, Papa," ucap Sasa seraya memeluk Papanya ketika mereka sudah berada di depan pintu kamar sementara Sasa.

Papanya membalas pelukan Sasa. "Selamat malam. Semoga mimpi indah, Belahan Jiwanya Papa."

Sasa tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Mereka begitu dekat, layaknya belahan jiwa. Tidak heran satu sama lain saling menyebut dan menganggap sebagai 'belahan jiwa'.

"Iya, Papa juga."

Mereka pun berpisah untuk tidur di kamar masing-masing.

✳️✳️✳️✳️

Dering alarm mengusik tidur nyenyak Sasa. Dia bernapas lega saat dering tersebut berhenti, tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena satu menit kemudian dering alarm kembali terdengar dan kali ini lebih keras dari yang sebelumnya.

Sasa membuka matanya dengan mengerjap pelan tiga kali, tangannya mencari keberadaan ponselnya yang ternyata ada di atas nakas samping tempat tidur. Dia segera menggeser layar ponselnya guna menghentikan dering alarm itu.

Pukul 5.30 AM.

Dia bangun untuk melakukan aktifitas paginya terlebih dahulu. Meminum segelas air putih, kemudian jogging. Tetapi karena ia masih asing dengan daerah sana, ia pun mengurungkan niatnya untuk jogging di luar.

Papanya keluar dari kamar dengan kondisi yang lebih segar, sehabis mandi.

"Pagi, Pa," sapanya ceria, masih berlari-lari kecil di ruang tengah.

"Pagi. Kamu lagi ngapain?" Papanya terlihat mengernyit bingung. "Kebelet?" lanjutnya.

Sasa cemberut. "Jogging, Pa. Masa kebelet, sih."

"Kenapa enggak jogging di luar aja?"

Sasa menggeleng menolak saran tersebut, hal itu dipahami oleh papanya. Mereka masih asing di sana.

Setelah tiga puluh menit berolahraga ringan, Sasa memutuskan untuk berhenti karena ia harus segera mandi. Dia pun pamit kepada Papanya untuk mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Papanya ketika dia keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi, seragam barunya. Pertanyaan itu terdengar seperti tantangan di telinga Sasa. "Siap?"

Siap tidak siap. Sasa mengangguk dengan mantap. "Siap."

Papanya merangkulnya penuh cinta dengan seuntas senyuman di bibir. Keduanya turun ke bawah dan langsung masuk ke dalam mobil yang sudah siap di depan pintu masuk hotel. Mobil mereka mulai bergerak dengan kecepatan sedang, membelah jalanan Kota Solo dan bergabung dengan kendaraan lain yang mulai memadati jalan di pagi hari yang lumayan sejuk.

Ternyata Kota Solo tidak seperti apa yang selama ini terlintas di kepala Sasa .... Pemikirannya perlahan mulai berubah ketika dia tiba di sekolah barunya yang mempunyai nama yang unik dan manis, SMA Lovely Darling.

Tiba-tiba rasa gugup menyergapnya. Rasa gugup yang diakibatkan oleh gelombang adrenalin yang mulai memacu. Sasa menarik napasnya perlahan. Baiklah ... Jadikan kehidupan barunya ini menjadi hal yang menyedihkan atau menjadi hal yang mengagumkan sepanjang hidupnya yang nantinya pantas untuk dikenang.

Dia kembali menarik napasnya dengan tenang dan penuh tekad. Dia sudah memilih. Inilah saatnya. Dan di sinilah kisah kehidupannya akan segera dimulai ....

Ya, dimulai.

TBC

_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______

Bittersweet MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang