_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______
Halo, selamat pagi!
Happy Sunday!
and
Happy reading!
🌹
"Kasa, Marvino di mana?" ulang Olivia lagi karena tak kunjung mendapat jawaban.Sasa mengedarkan pandangannya, berpura-pura mencari sosok yang Olivia cari, Marvino. Pura-pura terkejut saat teringat sesuatu.
"Oh, dia lagi-"
"Nunggu kamu," potong Gilang, menatap Sasa.
Sasa dan Olivia menatap Gilang, sontak berbarengan berujar, "Hah?"
Gilang menjelaskan. "Dia nyariin kamu. Kamu ditunggu di tempat biasa, katanya."
Lewat matanya yang melotot Sasa menyampaikan pada Gilang 'Jangan ngada-ngada.'
Gilang membalas pelototan Sasa dengan pelototan juga, pundaknya bergerak sedikit ke depan, menyampaikan tanpa kata. 'Aku serius. Serius mau ngusir si Oli dari sini.'
Interaksi itu hanya dipahami oleh Sasa dan Gilang, sehingga membuat Olivia kebingungan dan hampir muak karenanya.
"Tempat biasa itu di mana, Kak Gilang?" tanya Olivia tak tahu malu. Dia salah mengartikan 'kamu' itu adalah dirinya, padahal Gilang bermaksud mengatakan itu pada Sasa, 'kamu' adalah untuk Sasa.
Gilang ingin menjawab "neraka", tetapi dia mengurungkannya. Dia memutar otaknya yang jarang digunakan, sebelum menjawab, "Di lapangan." Dan lapangan di sekolah mereka berjumlah tiga dan semua itu berada di tempat yang berbeda.
Dalam hati Sasa dan Gilang berseru karena sama-sama menyadari bahwa Olivia tengah dikerjai. Mereka tahu kalau Olivia belum tahu fakta mengenai lapangan di sekolah mereka. Rasakan!
Olivia akan kebingungan sekaligus kelelahan saat mencari Marv nanti, mereka tahu itu. Jarak lapangan satu dengan yang lainnya lumayan jauh. Dan hasil akhirnya nanti adalah Olivia tidak akan menemukan Marv di bagian lapangan manapun.
"Jahat lo!" hardik Sasa begitu Olivia bergegas pergi untuk menyusul Marv. Meskipun begitu, bola matanya bersinar-sinar senang.
"Gitu juga seneng kamu," ejek Gilang.
"Ampuni Gilang, Ya Allah."
Gilang dan Sasa kemudian kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Sepanjang perjalanan mereka cengengesan membayangkan bagaimana Olivia sekarang.
Gilang memberitahu Sasa kalau Marv memang benar-benar menanyakan keberadaan Sasa. Hanya menanyakan keberadaannya, tidak menunggu Sasa. Yang terakhir tadi itu dia hanya membuat-buatnya.
✨
Satu pesan masuk terlihat di layar ponsel Sasa yang diletakkan di atas meja yang ditutupi buku ketika Pak Hardik tengah menerangkan materinya.
Diam-diam Sasa mengintipnya, untuk tahu pesan masuk dari siapa barusan. Terlihat nama Inocean Laut di sana. Dari Marv. Sasa mengerjap-ngerjapkan matanya dengan cepat, kemudian melambat melihat tulisan di layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
Teen Fiction[ON GOING, Baby] "Ketika kita mencintai seseorang dan apa yang kita rasakan di awal fase mencintai itu adalah rasa sakit dan kepahitan, percayalah, bahwa di akhir nanti rasa manislah yang akan kita cecap sebagai penyembuhnya." Tetapi apakah benar se...