_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______
Happy reading!
🌹
Matahari menyorot tajam di atas sana. Walaupun terlindungi oleh pohon rindang, tetap saja hawa panas menyengat yang dibawa matahari di siang hari menguar membakar kulit, menciptakan bulir keringat di kulit. Membuat siapa saja tidak tahan berada di luar ruangan, terlebih bagi Marv yang begitu mendambakan ruangan tertutup dengan AC yang menyala, minimal kipas angin yang mampu menyejukkan kulit.
Sebenarnya panas yang dia rasakan di sekujur tubuhnya, terutama kepalanya dan juga hatinya, tidak sepenuhnya kesalahan sang matahari, tetapi hal lainnya.
"Kamu sengaja, kan, bikin rumor di Tawang Mangu kemaren? Tadinya aku nggak peduli sama rumor tentang kita berdua yang nyebar di sekolah, terserah mereka mau nilai gimana. Tapi sayangnya aku harus peduli karena aku inget ada satu hati yang harus aku jaga."
"Siapa dia?" selidik Olivia, terlihat tidak suka.
"Kamu nggak perlu tau dia siapa. Sekarang bilang sama aku, sebenernya mau kamu apa?" tanya Marv pada Olivia. Saat ini mereka sedang berada di bagian belakang gedung sekolah.
Olivia, yang ditanya hanya diam sambil memainkan rambut panjangnya.
Marv terlihat geram karenanya. "Kamu denger pertanyaanku, Vi."
"Mau aku apa?" Olivia menunjuk dirinya sendiri, sebelum akhirnya menunjuk Marv dengan jari telunjuknya. "Aku mau kita balik lagi, kayak dulu. Hubungan kita."
"Hubungan kita?" ulang Marv, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Hubungan yang dulu kamu buang begitu aja?"
"Aku nggak pernah buang hubungan kita!"
"Ya, you did. Aku masih inget ucapan kamu waktu itu dan gimana kamu ninggalin aku. Apa perlu aku paparin biar kamu inget?"
"Aku nggak bermaksud begitu, Ma," ucap Olivia lemah.
Marv menuntut. "Kalo begitu apa? Kamu buang hubungan kita, Olivia. Kamu bilang hubungan kita nggak ada artinya. Masih tetep mau mengelak sekarang?!"
"Aku minta maaf."
Bukannya berkurang, emosi yang sedang Marv rasakan malah semakin bertambah saat melihat Olivia mulai menangis dengan menampakkan wajah meyakinkan kalau dirinya benar-benar menyesal.
"Nggak perlu minta maaf dan nyesel karena semuanya udah berakhir. Benar-benar berakhir tepat saat kamu pergi ke Inggris."
"Ma," panggil Olivia, masih menangis.
"Aku minta sama kamu, cukup satu permintaanku. Jangan pernah ganggu hidupku lagi karena sekarang aku punya bidadari yang harus aku cintai," pinta Marv dengan sungguh-sungguh, sebelum akhirnya pergi dari sana meninggalkan Olivia yang meneriakkan namanya.
"Ma!"
Marv tetap berjalan, menulikan telinga dan juga mengeraskan hatinya untuk gadis itu.
"Jangan tinggalin aku, Ma!" mohon Olivia dengan jeritan yang terdengar menyedihkan. Air matanya semakin mengalir deras.
Tetapi usahanya itu hanyalah kesia-siaan semata karena tanpa sepengetahuannya, Marv memutuskan untuk tidak akan memedulikan dirinya lagi. Tidak akan pernah.
✳️✳️✳️
"Hey! Hey!" teriak Gilang yang membuat Icha dan Sasa menoleh serentak, merasa terpanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
Jugendliteratur[ON GOING, Baby] "Ketika kita mencintai seseorang dan apa yang kita rasakan di awal fase mencintai itu adalah rasa sakit dan kepahitan, percayalah, bahwa di akhir nanti rasa manislah yang akan kita cecap sebagai penyembuhnya." Tetapi apakah benar se...