_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______
Jangan lupa voment dan doanya, ya..
Kalau ada typo bertebaran tolong mention.
Ditunggu kritik dan sarannya :)Happy reading!
🌹Pria itu - om berwajah tampan yang pastinya akan terlihat tampan bagi Sasa kalau saja dilihat di saat keadaannya tepat dan lebih baik - bergerak maju satu langkah, tetapi Sasa tetap bergeming di tempatnya. Tidak akan pernah mundur walau satu langkah pun. Tidak ingin menjadi anak yang kurangajar terhadap orangtua karena itulah dia memilih untuk diam.
"Ya, Tuhan. Betapa cantiknya dia," ujar pria tersebut dengan ekspresi memuja.
Sasa merinding karena rasa jijik saat mendengarnya. Mendengar bagaimana suara pria tersebut ketika mengatakannya.
Dirinya begitu mendamba kehadiran Marv saat ini dan itu terasa sedikit memalukan. Dia ingin menghubungi Marv atau Icha, atau kalau perlu Gilang. Tetapi dia tidak akan melakukannya karena itu menggambarkan kalau dirinya tengah merasa terancam dengan kehadiran orang tersebut. Dan dia tidak akan membiarkan orang di depannya saat ini merasa menang karena berpikir kalau Sasa merasa ketakutan.
Pria setengah paruh baya tersebut kembali maju selangkah. "Jangan pergi. Aku mohon jangan pernah tinggalin aku lagi." Nada bicaranya seperti orang yang tengah tertekan dengan kerinduan dan perasaan bersalah yang tercurah di dalamnya. Seakan-akan dia pernah bertemu dengan Sasa sebelumnya, yang pergi meninggalkan dirinya. Seakan mereka pernah dekat di masa lampau.
Perasaan mengerikan menghantam kesadaran Sasa. Dia mulai merasa ngeri yang membuatnya linu. Sasa memperhitungkan dan mempertimbangkan dengan cepat apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Jalanan begitu sepi, udara sedikit panas karena matahari bersinar begitu terik di tengah hari. Sasa bisa merasakan kalau peluhnya mulai menentes, turun secara pelan di dahi kanannya.
Di kejauhan sana, terlihat sebuah motor sport yang melaju ke arah mereka, di balik punggung pria di depannya. Ketika motor itu semakin mendekat ke tempat mereka saat ini, dengan cepat Sasa langsung berlari ke tengah jalan dan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
"Stop!" hadangnya. Dan langsung melompat ke arah jok, duduk di sana ketika motor tersebut berhenti. "Gas!"
Tidak butuh waktu lama bagi Sasa karena sang pengendara tersebut langsung menuruti keinginannya itu. Motor tersebut melaju, meninggalkan asap yang kemudian terbang bersama angin. Sasa memutar kepalanya ke belakang dan dia mendapati tatapan amarah bercampur nelangsa dari orang yang berdiri di sana. Dia merasa lega, bersyukur dan penasaran.
Keningnya dia letakkan di pundak lebar penolongnya. Dia tahu kalau sang penolongnya ini adalah seorang laki-laki yang kebetulan juga satu sekolah dengannya, dilihat dari seragam mereka yang sama dengan almamater SMA Lovely Darling. Walaupun dia tidak tahu pasti seperti apa wajah penolongnya itu. "Tadi gue udah janji sama diri sendiri kalo bakalan nyium orang yang nolongin gue," mulainya.
Diam-diam di balik helm hitamnya, pengendara motor tersebut menyeringai jail. Dia tengah memikirkan sebuah ide menarik di otaknya yang sedikit cerdas.
Sasa kembali menegakkan kepala dan punggungnya yang beberapa saat lalu terasa lemas. "Dan gue sedikit lega karena tadi ga bikin janji harus nyium di bibir," lanjutnya. Kelegaan bisa terdengar dari suaranya.
Sekali lagi pengendara tersebut menganggukkan kepala samar, tanda bahwa dia mendengarkan.
Karena tidak ada lagi kalimat lain yang perlu diucapkan, Sasa memutuskan untuk diam sebelum akhirnya meminta diantarkan ke apartemennya. Hanya butuh dua puluh menit perjalanan untuk sampai di Alila Hotel. Sasa segera turun dari jok motor dan mulai melangkah ke pintu besar lobi setelah menepuk pundak laki-laki itu dengan pelan. Langkahnya berhenti seketika ketika mendengar kalimat yang diucapkan seseorang di belakangnya. Dia terfokus pada bagian akhir yang terdengar tidak asing lagi baginya.
"Sama-sama, Sasasayang."
Sasa membalikkan tubuhnya ke depan. Rahangnya hampir jatuh saat melihat apa yang ada di sana. Sang penolong-nya itu sudah membuka kaca gelap yang sejak tadi menutupi wajahnya, yang saat ini memperlihatkan seperti apa wajah di baliknya. Laki-laki itu mengedipkan sebelah matanya, Sasa bisa melihat dengan samar binar geli bercampur kemenangan di bola mata tersebut. Setelah melemparkan kiss bye padanya, laki-laki tersebut memacu kembali motor sport hijaunya meninggalkan hotel dengan kecepatan hampir-gila-membuatnya-malu.
Sasa tidak tahu, haruskah ia merasa senang atau justru stres ketika mendapati kalau sang penolong-nya ternyata adalah Gilang si kriwil rese. Sepertinya tidak perlu harus tidur terlebih dahulu untuk mendapatkan sebuah mimpi karena sekarang pun, di tengah siang bolong, Sasa sukses mendapatkan mimpi buruk tanpa perlu repot-repot. Dia merasa tidak siap menghadapi hari esok karena dia tahu bahwa besok adalah wujud asli dari mimpi buruknya saat ini. Besok dia akan bertemu dengan sang mimpi baik yang dengan kejamnya berubah menjadi mimpi buruk-nya.
✳️✳️Di atas motornya, Gilang tengah terbahak dengan perasaan geli sekaligus puas. Dia cukup terkejut saat melihat Sasa tengah dihadang om-om di jalan dan yang tidak habis pikir adalah bagaimana sahabatnya itu membuat 'janji mencium'. Sungguh Gilang merasa begitu menang dan dia tidak sabar untuk menyambut hari esok. Hadiah-nya. Hadiahnya akan dia dapatkan besok dan dia sudah menyusun sedikit rencana mengenai bagaimana nantinya Sasa harus memberikan trophy padanya.
Tetapi di luar hal mengenai hadiah yang akan didapatkannya, dia sedikit terganggu ketika teringat pada seseorang yang sepertinya tengah mengganggu Sasa di pinggir jalan tadi. Dia tidak melihat bagaimana wajah pria tersebut, tetapi dia merasa kalau orang itu begitu familier baginya. Perawakan dan rambutnya sedikit mirip dengan seseorang yang begitu dekat dengannya. Meskipun demikian, Gilang tidak bisa begitu saja menyangkut pautkan orang yang bersama Sasa tadi dengan orang yang saat ini terlintas di kepalanya. Itu hanya penilaian sekilas akan kemiripan dua orang pria yang ada dalam imajinasinya saat ini. Hanya dugaan yang bisa saja salah.
Namun, anehnya dugaan tersebut terasa begitu benar. Gilang merasakan keyakinan kuat bahwa dugaannya mengenai dua pria tersebut begitu benar. Benar bahwa terdapat beberapa kemiripan yang begitu jelas di antara keduanya. Untuk memperjelas dugaan sementaranya itu, Gilang memutuskan untuk segera pergi ke tempat yang dirasa baginya tepat. Dia ingin memastikannya sendiri dan berharap kalau dugaan mengerikan itu salah besar.
👄 Kalau ada sesuatu yang membingungkan/tidak bisa kalian mengerti/tidak nyambung, tolong bilang, ya.Terima kasih ....
💋💋💋
Semoga cerita ini bisa menghibur kalian dan juga tentunya bermanfaat.
Simpan yang baiknya dan pendam yang jeleknya.TBC
_______❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Memories
Teen Fiction[ON GOING, Baby] "Ketika kita mencintai seseorang dan apa yang kita rasakan di awal fase mencintai itu adalah rasa sakit dan kepahitan, percayalah, bahwa di akhir nanti rasa manislah yang akan kita cecap sebagai penyembuhnya." Tetapi apakah benar se...