Angin sore yang bertiup cukup kencang membuat gamis yang dikenakan seorang wanita cantik itu berkibaran. Dinginnya suhu udara ternyata tak cukup membuatnya jera untuk terus menatap lukisan tangan Sang Maha Pencipta.
Lamunannya buyar ketika merasakan sentuhan hangat yang mendarat di pundaknya. Senyuman manis pun terbit setelah tahu siapa pemilik tangan itu. Dengan manja, si wanita tadi menarik tangan itu untuk kemudian dipeluknya.
"Kenapa berdiri di luar?" tanya orang itu seraya mengusap pelan punggung wanitanya.
Kepala wanita itu disandarkan pada bahu kokoh sang pria, mencari posisi nyamannya. Kemudian ia menjawab, "Iva suka senja. Ternyata jika dilihat dari atas sini semakin indah kan, Mas?"
Laki-laki yang dipanggil 'Mas' itu hanya tersenyum menanggapinya. Mereka terdiam beberapa saat sampai suara laki-laki itu kembali memecah keheningan. "Di mana, Eral?"
"Dia sedang bersama adikmu," jawab Ivanna -nama wanita itu- yang perlahan melepaskan pelukan pada lengan suaminya. Tangannya tergerak mengambil selembar daun berbentuk menjari dengan warna merah kecoklatan.
"Daun maplenya cantik ya? Ivanna suka warnanya yang penuh filosofi," ujar Ivanna. Matanya tak lepas memandang daun itu.
"Daunnya cantik, tapi tidak secantik dirimu, Sayang," ungkap Hersa mengulum senyumnya.
Ivanna mengerucutkan bibirnya beberapa senti. "Ivanna serius, Mas."
Laki-laki itu tertawa kecil seraya mengusap puncak kepala wanitanya dengan penuh kasih sayang. "Kan sudah mas seriusin."
"Mas Hersa..." rengek Ivanna malu saat Hersa tak berhenti menggodanya. Ia menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Hersa.
"Serius, Sayang. Memang semua yang diciptakan Allah ta'ala itu cantik. Menciptakan jutaan makhluk termasuk manusia yang setiap makhluknya pasti memiliki perbedaan satu sama lain, pemandangan yang indah, sungai yang mengalir, rotasi dan revolusi planet-planer yang teratur serta semua yang ada di alam semesta ini adalah tanda-tanda kebesaran dan keagungan-Nya." terang Hersa seperti biasa.
Ivanna mengangkat wajahnya, menatap Hersa penuh kagum. "Ivanna jadi terharuu..."
Hersa menggeleng pelan dengan senyum yang tertahan. Tangannya menarik pelan pergelangan tangan mungil Ivanna, mengajaknya masuk ke dalam apartemen. "Sudah mau maghrib. Ayo masuk," ujarnya.
"Mas, terima kasih ya, sudah mau menerima segala kekurangan Ivanna, menuntun Ivanna ke jalan yang baik, selalu ada buat Ivanna, selalu memaafkan setiap kesalahan Ivanna dan membantu memperbaikinya. Pokoknya makasih banyak karena sudah mau menjadikan Ivanna sebagai istri Mas, padahal Mas Hersa bisa mendapatkan yang lebih baik dari Ivanna," ungkap Ivanna lirih.
Hersa tersenyum dan menjawab, "Ivanna, ketika kita mencari kesempurnaan pada diri manusia pastilah tidak akan dapat, sebab manusia sering melakukan kesalahan dan khilaf apalagi di jaman ini. Mas mencari pasangan yang mau bersama-sama memperbaiki diri menjadi yang lebih baik dari sebelumnya, dengan begitu insyaaAllah ridho Allah bersama kita."
"Ich liebe dich," ucap Ivanna menghambur ke dalam pelukan Hersa.
"Ich liebe dich auch, Liebling," balas Hersa seraya membalas pelukan Ivanna.
Freiburg, 6 September 2018
💝💝💝
Hii
Assalamu'alaykum..
Selamat datang di storyku versi revisi 😂By the way ada yang tau arti 2 dialog terakhir yang diucapkan Iva & Hersa? Yuuk tulis artinyaa disinii!! 🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT HUSBAND (Revisi)
SpiritualCinta itu rasa yang tidak pernah bisa diterka pada siapa dia akan berlabuh, yang datang karena terbiasa bersama atau bisa jadi karena hal yang lainnya. Semua yang terjadi di dunia ini adalah atas izin dari sang maha Pencipta begitupun pertemuan anta...