Teror

21.9K 1K 5
                                    

Aura didepan ruang kelas 12 IPA 2 itu kini kian mencekam. Semua yang disana hanya menunduk takut melihat kemarahan seorang gadis yang sedang meletup-letup.

"Gue tanya sekali lagi sama lo! Siapa yang ngasih kotak ini?" Ivanna menatap adik kelasnya ini dengan tajam, setiap kata yang diucapkan penuh dengan penekanan.

"Aa..aa..aa..aku nggak tau kak," jawab gadis itu menunduk takut. Sesekali ia meringis menahan sakit akibat cengraman tangan Ivanna yang terlalu kuat di lengannya.

"Vaa.. udah Va. Mungkin dia emang nggak tau." Audina menahan lengan kiri Ivanna yang terjuntai.

"Nggak mungkin lah dia nggak tau Na! Gue tau banget orang kayak dia gimana. Dari mukanya aja nggak meyakinkan" sinis Ivanna masih dengan tatapan tajamnya.

"Ini ada apa ini?" Seorang guru wanita tiba-tiba saja mendekati tempat Ivanna berdiri.

"Ada apa Ivanna?" Tanya guru wanita itu menatap murid kesayangannya.

Ivanna kemudian masuk kedalam kelasnya dan tiba-tiba keluar dengan melempar kotak berwarna merah hati itu sehingga membuat isinya berhamburan keluar.

"Astagfirullah" kata guru itu terkejut.
Siswa dan siswi pun mulai mengerubungi tempat itu penasaran dengan apa isi dari kotak yang Ivanna lemparkan.

"Iihh"

"Eh serem banget serius"

"Hueek hueek"
Siswa dan siswi menjauhi kotak dengan pandangan menjijikan itu. Beberapa diantara mereka bahkan hampir muntah melihat isi didalamnya.

"Saya cuma nanya sama si adek ini, siapa yang ngasih kotak itu ke saya. But she didn't want to tell!" Tekan Ivanna.

Bu Gina, nama guru itu pun mengalihkan pandangannya kearah siswi yang sedari tadi diam menunduk.

"Benar kamu yang memberikan itu ke kakak kelasmu ini?" Tanya bu Gina pada siswi itu.

Ia mengangguk kecil dan tetap menunduk.

"Udahlah bu, percuma ngomong sama dia. Nggak guna juga! Liat aja kalau sampai ternyata lo tau beneran tentang siapa pemilik hadiah yang luar biasa itu tapi lo nggak ngasih tau gue, gue buat hidup lo yang nggak tenang karena menyembunyikan si psiko itu Hernita Azrianti!" Ancam Ivanna dengan mengeja nama dari adik kelasnya ini. Ia pun kembali masuk kedalam kelasnya dan pergi begitu saja meninggalkan keramaian yang ia ciptakan setelah mengambil tas tadi.

Bu Gina menatap Ivanna dengan gelengan pelan. Ia tak bisa menahan muridnya itu apalagi dalam keadaan emosi Ivanna yang tak stabil. Ia bersyukur karena Ivanna, muridnya yang satu itu memiliki kecerdasan bahkan sudah banyak perlombaan yang Iva ikuti dan berhasil membuat nama sekolahnya bersinar jadi setidaknya kelakuanya seimbang dengan kecerdasannya.

"Audina, nanti kamu suruh ketua kelasmu panggil pak Ujang, suruh pak Ujang yang bersihkan ini. Dan kamu Hernita! Ikut saya ke ruang BK sekarang!" Perintah bu Gina yang diangguki oleh Audina dan Hernita.

***

Semilir angin menerpa wajah dan rambut perempuan berseragam batik itu. Sesekali ia menghirup udara yang masih terasa sejuk karena memang masih pagi.

Ivanna menghela napas berat. Hatinya sakit seperti tertusuk seribu pedang. Ini yang kesekian kalinya ia mendapat teror dan sejenisnya, ia bahkan berpikir apakah kelakuannya memang sudah diluar batas sampai ada yang sebegitu membencinya.

Ia tak pernah menjahati seseorang kalau orang tersebut tidak mencari masalah dengannya kok, bukan seperti pembullyan yang dilakukan di luar negeri seperti yang biasanya walaupun Ivanna mampu untuk melakukannya.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang