Tekanan

24.1K 979 63
                                    

Budayakan Vote sebelum bacaa!! 🔥

Author note juga dibacaa! 🌚

Komen disini "🌚♥" sebelum baca! (Disini bukan di bawah! Tekan teksnya aja nanti dia muncul  kayak gambar komen di bawah) 😂

Tolong di beritahu jika ada typo yaa di kalimat yg salahnya!

Komen di setiap paragraf kalau bisaa 😂

Terakhir... Happy Reading!!

🌚__🌚

Suasana ruang tamu itu terasa begitu menegangkan sekarang.

Ivanna hanya terdiam. Napasnya tercekat saat mendengar suara bu Fitri -Ibunya Hanna.

"Hanna sakit, leukimia stadium akhir. Dia sudah nggak kerja lagi sekarang. Pasti Nak Hersa tau kalau Hanna satu bulan terakhir ini jarang sekali masuk kantor." Jelasnya dengan suara sendu.

"Nak Hersa juga tau kalau selama ini Hanna suka sama Nak Hersa. Sebelumnya Ibu minta maaf sama Nak Ivanna kalau membicarakan ini sekarang. Tapi ibu benar-benar nggak tega sama Hanna. Semangat hidupnya sudah nggak ada semenjak tau Nak Hersa menikah." Raut muka Fitri terlihat sedih dengan kantung mata yang menghitam.

"Jadi maksud kedatangan Ibu ke sini apa?" Tanya Ivanna dengan pelan.

"Tolong izinkan Mak Hersa menikah dengan Hanna, Nak." Fitri berucap dengan sangat pelan, hampir seperti bisikan.

"Maaf saya nggak bisa." Hersa berucap dengan cepat.

"Dulu saya memang mencintai anak Ibu, tapi itu dulu sebelum Hanna menolak menikah dengan saya. Sekarang saya sudah punya orang lain di hidup saya." Lanjut Hersa dengan tenang dan tetap sopan.

Ivanna memejamkan matanya yang terasa panas. Dadanya terasa sesak.

"Kenapa Mas nggak coba pikirin dulu?" Entah mengapa kalimat tersebut keluar dari bibir Ivanna.

"Pikirin apa lagi Va? Mas memang nggak sanggup! Poligami bukan perkara yang mudah."

"Tap---"

"Va! Kamu mau Mas datang pada hari akhir dengan keadaan pundak miring sebelah?" Hersa menatap tajam Ivanna yang kemudian bungkam.

"Maaf Bu, saya benar-benar tidak sanggup buat itu." Final Hersa.

🔥🔥🔥

Ivanna duduk termenung di kamarnya. Hersa sudah berangkat kerja sejam yang lalu.

Banyak sekali hal yang terjadi, di saat kebahagiaan mulai muncul justru kesedihan hadir bersamanya. Ivanna tidak tau harus apa sekarang. Haruskah bahagia atau bersedih?

Air matanya turun tanpa disadari. Ivanna menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar.

Suara bell membuat Ivanna mengangkat kepalanya. Perempuan cantik itu mengusap air matanya dengan kasar, dengan sedikit paksaan ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah.

Matanya menyipit saat melihat seorang laki-laki tak di kenal berdiri di depan sana. Ivanna mulai menyesal kenapa tadi tidak dilihatnya terlebih dahulu dari jendela.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang