Baitii Jannatii

27K 1K 10
                                    

Ivanna terbangun ketika mendengar suara ketukan di jendela kamar.
Dengan penerangan yang minim, Ivanna melihat kearah jendela kamar Hersa dengan menyipitkan matanya.

Kepalanya menoleh kearah kiri dan mendapati Hersa yang masih memejamkan matanya. Tiba-tiba muka Ivanna merona. Perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya mengenyahkan segala bentuk pikiran yang terlintas di otak.

Ivanna turun dari ranjang berjalan mengintip ke jendela yang mengarah ke taman belakang rumah.

Ivanna bergidik ngeri ketika tiba-tiba hal mistis muncul dalam pikirannya. Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul satu lewat lima puluh lima menit.

Perempuan itu memutuskan untuk mandi karena berniat untuk sholat di sepertiga malam.

***

Hersa mengerjapkan matanya saat mendengar percikan air dari dalam kamar mandi.

Detak jantungnya kembali berdetak dengan tidak biasa. Hersa berusaha menormalkan detak jantungnya dengan menarik dan menghembuskan napas secara teratur. Dalam hal menyembunyikan perasaan serahkan saja pada Hersa.

Hersa melihat Ivanna keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah fresh.

Mata mereka bertemu pandang selama beberapa detik, kemudian Ivanna mengalihkan pandangannya kearah lain dengan gugup.

"Adek mau sholat tahajud?" Hersa membuka suara di tengah keheningan.

"Hmm." gumam Ivanna seraya menganggukan kepala.

"Tunggu, kita jama'ah." Tanpa menunggu jawaban Ivanna, Hersa langsung masuk ke kamar mandi.

Ivanna segera mencari sajadah dan mukenanya. Kemudian dibentangkannya ke arah kiblat. Ivanna memakai mukenanya dan duduk menunggu Hersa. Bibirnya tak henti mengucapkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil dan takbir.

Hersa keluar dengan baju kokonya dan menghampiri Ivanna yang dilihatnya terduduk di atas sajadah.

"Udah yuk." Ajak Hersa berdiri di depan Ivanna. Ivanna pun segera bangun.

Kedua insan yang saling melengkapi itu pun mendirikan sholat sunnah yang sangat dianjurkan dengan khusyu. Mengungkapkan rasa cintanya masing-masing kepada sang pencipta yang maha bijaksana.

***

Ivanna menatap Hersa di cermin rias dengan pandangan yang sulit diartikan.
Tidak terasa pernikahan mereka sudah memasukin bulan ketiga. Hersa mengajak Ivanna untuk tinggal di rumah mereka berdua, rumah yang telah disiapkan Hersa jauh sebelum mereka menikah.

"Jadi mas ditugaskan ke Nusa Tenggara?" Ulang Ivanna lagi untuk yang kedua kalinya.

Hersa berjalan mendekati Ivanna setelah sebelumnya hanya memperhatikan istrinya itu dari tempat tidur mereka.

"Hmm." Gumam Hersa pelan. Tangan kanannya melingkari leher Ivanna sedang tangan kirinya memainkan rambut Ivanna yang lembut beraroma apel vanila.

Hersa membalas tatapan Ivanna dari cermin juga. "Kamu mau ikut?" Tanyanya dengan lembut seperti biasa.

"Emang boleh?"

"Enggak sih hehe.. cuma kita bisa pindah ke sana, setidaknya masih satu daerah gitu."

"Kirain boleh ikut. Kalau gitu percuma aja, lagian ngaco deh cuma sebentar sampai pindah rumah ke sana segala. Mending Iva di sini aja mas nggak apa-apa. Emang berapa minggu?" Tanya Ivanna yang masih menyisir rambut basahnya.

"Kurang lebih tiga bulan dek." Jawab Hersa dengan suara pelan nyaris berbisik tetapi masih bisa tertangkap oleh indera pendengar Ivanna.

Sisir yang dipegang Ivanna jatuh begitu saja seperti terhempas angin, padahal di kamar mereka tidak ada angin, hanya air conditioner yang mendinginkan.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang