Meet

27.8K 1.1K 4
                                        

Mobil berwarna hitam itu mulai memasuki pekarangan rumah Ivanna.

"Jaga sikapmu Ivanna! Kalau tidak lihat apa yang akan Papa lakukan!" Ancam Awan kepada anak perempuannya itu.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam dari keluarga Hersa ketika memasuki rumah Ivanna.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab Awan dan Risa, Ivanna menjawab hanya dengan gumaman kecil tanpa minat.

"Gimana kabarnya Dho?" Ridho dengan semangat menjabat tangan Awan dengan senyum yang merekah.

"Alhamdulillah baik Wan. Gimana nih kabarmu juga?"

"Yaa seperti yang terlihat," jawab Awan seadanya.
"Hersa bagaimana kabarmu?" Awan mengalihkan pandangannya kepada pemuda itu yang sedari tadi hanya memperhatikan.

"Alhamdulillah baik Pak," katanya sambil tersenyum dan menyalami Awan. Dia pun melihat ke arah Risa dengan senyuman tapi tidak menyalaminya.

"Duduk silahkan." Risa mempersilakan keluarga Hersa untuk duduk setelah salaman tadi.

Ivanna menatap Hersa dengan pandangan aneh. Walaupun harus ia akui bahwa Hersa sangat tampan tapi tetap saja ia tidak mau menikah dengannya.

Perbincangan pun dirasakan hangat hanya saja Iva dari tadi hanya diam dan sesekali hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Maaf eem Pak, Bu. Saya bisa izin minjam wc nya?" Hersa tersenyum agak canggung.

"Oh iya boleh dong nak. Iva tolong antarkan Hersa ya."

Iva memutar bola matanya malas dan menatap sinis ke arah Hersa yang tertunduk.

"Kan dia sudah besar Ma, masa nggak bisa nyari wc sendiri."

"Iva! Diakan nggak tau. Sudah cepat sana," ucap Risa mendorong Ivanna untuk berdiri.

Ivanna berdiri dengan malas. "Ayo," katanya sambil berjalan dengan Hersa yang mengikutinya sambil menunduk.

"Lo sekolah dimana?" tanya Ivanna memecah keheningan.

"Sudah lulus," jawabnya singkat tanpa menatap Ivanna.

"Kalau ngomong sama orang itu tatap mukanya. Nggak sopan banget!" sindir Ivanna.

"Maaf."

"Lah kenapa minta maaf? Tuh wc nya." Tunjuk Ivanna pada pintu berwarna silver di sudut rumahnya.

Tanpa menjawab, Hersa segera meninggalkan Ivanna.

Ivanna menghela napas. Sungguh ia sebenarnya sangat penasaran dengan Hersa. Dimulai dari sikapnya yang tenang dan jika sedang berbicara selalu menunduk ke bawah atau mengalih ke arah lain, menurutnya itu sangat tak sopan. Dan faktanya Ivanna kesal karena Hersa satu-satunya laki-laki yang tidak pernah mau menatapnya disaat laki-laki lain sangat kentara memperhatikannya tapi tidak dengan Hersa.

'Sombong sekali dia! Lihat saja nanti' mungkin itulah isi pikiran gadis remaja itu.

Hersa keluar dari WC dan menghampiri Ivanna dalam diam.

"Udah?" basa-basi Ivanna.

"Na'am, eh Iya maksudnya."

Ivanna hanya menaikan alisnya kemudian menggidikan bahunya tak mau mengerti dan berjalan meninggalkan Hersa yang ada di belakangnya. Menurutnya tak penting berbicara dengan orang membosankan seperti Hersa.

Ivanna bergidik ngeri membayangkan jika dia menikah dengan Hersa. Sangat-sangat berbanding terbalik dengannya.

Mereka berdua pun sampai di ruang tamu kembali. Kemudian perbincangan pun kembali berlanjut sampai akhirnya keluarga Hersa berpamitan pulang.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang