Hadiah Misterius

25.6K 1K 3
                                    

Ivanna perlahan mulai membuka matanya. Ia menyipitkan matanya yang sedang membiaskan cahaya lampu.

"Mama" panggilnya kepada seorang wanita setengah baya yang sedang duduk membelakangi Ivanna.

"Iva? Sayang kamu udah nggak apa-apa?" Risa langsung membalikan badannya dan menatap seraya menempelkan punggung tangannya ke kening Ivanna.

Ivanna hanya menggeleng pelan. Risa segera memberikan segelas air putih yang sudah tersedia di atas nakas dan diterima oleh Ivanna. Ia pun perlahan meminum air itu dan memberikannya lagi setelah sisa setengah gelas.

"Mama ambilin bubur dulu ya, kamu dari tadi sore belum makan."

Ivanna hanya mengangguk lemah. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi.

"Iis Bego banget sih gue" racaunya setelah berhasil mengingat apa yang beberapa jam tadi terjadi, ia pun merutuki kebodohannya itu. Ya Ivanna mengingat semuanya sampai pada bagian ketika ia secara refleks memeluk Hersa.

Ia mengambil hp nya yang berada di nakas meja sebelah kanannya. Karena kebodohannya yang lupa mencharger hp nya itu mengakibatkan hal yang tadi terjadi. Mau ditaro dimana mukanya coba jika bertemu Hersa nanti?

Ivanna menghela napas pasrah dan berusaha untuk tidak memperdulikannya. Toh sudah berlalu, ia tak akan mengulanginya lagi!

"Nih kamu makan dulu" perkataan Risa membuat Ivanna tersadar dari lamunannya.

"Iva kenyang ma"

"Tapi kamu belum makan dai sore Iva!"

"Nggak mau ma"

"Iva! Makan dulu, sedikit saja ya" Risa menyuapi sesendok bubur kemulut Iva. Dengan terpaksa Iva menelan bubur yang menurutnya terasa hambar itu.

Risa menatap anaknya dengan penuh kelembutan. Kemudian mengucap puncak kepalanya dengan pelan.

"Why mom?" Ivanna yang sedari tadi sadar diperhatikan Risa akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

Risa hanya menggeleng pelang dengan senyuman. Ia pun kembali menyuapi Iva.

"Udah maa" rengek Ivanna dengan wajah memelas.

"Sedikit lagi Iva"

"Nggak mau pokoknya" Ivanna menutup mulutnya.

"Hmm gimana nanti pas udah nikah? Masa Hersa yang harus bujuk kamu makan gini kalau kamu sakit" Risa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Siapa bilang Iva mau nikah sama dia?"
"Ih ogah banget"

"Iva! Nggak boleh ngomong gitu!" Tegas Risa melirik anaknya tajam yang dibalas dengan lengosan oleh Ivanna.

"Lagian kurang apa lagi coba? Dia baik, sholeh, ganteng, sopan, mandiri, pintar, lul..."

"Ih apaan sih ma! Iva kan udah bilang nggak!"

"Kenapa?"

"Iva nggak kenal sama dia! Kalau jangan-jangan dia orang jahat gimana? Terus Iva dijual?"

"Astagfirullah Ivanna! Kamu ngomong apaan sih! Kalau papa kamu dengar, nggak tau lagi mama harus bantu kamu gimana!"
"Lain kali kalau bicara itu dijaga!" Risa menatap tajam Ivanna. Menurutnya Ivanna sudah sangat keterlaluan. Kebenciannya sungguh tak beralasan.

"Makanya nggak usah ngomongin dia lagi. Dan yang lebih penting, nggak usah jodohin dia sama Iva lagi. Sampai kapanpun Iva nggak akan mau!"

Risa hanya menghela napas lelah.

"Lihat saja nanti."

Ivanna hanya mengidikan bahunya tak perduli.

***

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang