Cantik

47K 1.4K 2
                                    

Ivanna berjalan di sepanjang koridor dengan headset yang tersampir di telinga kanannya. Sesekali ia menyanyikan lagu yang ia dengar. Menghadapi seseorang yang dibutakan cinta itu sulit. Dan menghadapi keinginan sendiri juga sulit.

"Iva!" Suara bariton itu berhasik menghentikan langkahnya, Ivanna pun menoleh ke arah suara.

"Nanti malam mau temenin aku ke mall cari hadiah? Adikku ultah, dia perempuan, karena kamu perempuan mungkin selera kalian sama." Laki-laki berpostur jangkung itu menjelaskan maksud dan tujuannya saat sudah berdiri di depan Ivanna.

"Nggak bisa. Gue ada acara," to the point Ivanna.

"Sebentar aja kok, Va," pintanya dengan menangkupkan tangan di depan dada bidangnya.

"Yang namanya ke mall itu nggak mungkin sebentar! Belum cari tempat belanjanya, belun cari barang-barang yang mau dibeli apa, belum lagi istirahatnya. Terus nggak semua selera perempuan itu sama loh," kata Ivanna realistis.

"Tapi gue nggak tau beneran cewek itu maunya apa," ungkapnya sedikit frustasi.

"Kan yang ultah adek lo, masa sebagai abang nggak tau apa yang disuka adeknya, abang macam apa itu? Giliran cewek yang ditaksir aja tau kesukaannya apa sampe nenek moyangnya siapa," sindir Ivanna.

"Yaa kan itu beda, Va. Kalau PDKT nggak tau apa kesukaan si pujaan hati mana bisa berhasil."

"Jadi lo berhasil nggak deketin gue?" tanya Ivanna yang langsung membuat cowok itu terdiam.

"Mau tau satu rahasia? Gue suka tipe cowok yang sayang sama keluarganya, dengan begitu gue bisa agak yakin dia bisa menyayangin keluarga gue sama seperti dia sayang sama keluarganya sendiri," kata Ivanna setengah berbisik.

"So? Selamat berjuang Daren!"

**
"Ivanna bener ya," ucap Melody tiba-tiba.

Audina dan Vera kompak menoleh pada cewek itu.

"Alhamdulillah ada yang sudah tersadar dari fase kebodohan mencintai," sindir Vera seraya mengusap kedua telapak tangannya ke wajah.

"Na, gue boleh nanya?" Tanpa memperdulikan sindiran Vera, Melody menatap Audina.

"Apaan? Tumben izin mau nanya," ucap Audina terkekeh pelan.

"Gimana rasanya mencintai dalam diam? Gue yang baru suka beberapa bulan aja sakit banget ngeliat perjuangan gue kek sia-sia gitu, apa kabar lo yang udah nahan perasaan hampir tiga tahun," tutur Melody.

"Emm sakit sih, tapi ya nggak terlalu gue pikirin banget. Yang penting gue udah usaha, dilihat atau nggak itu urusan dia. Nanti juga akhirnya dia tau kok siapa hati yang benar-benar tulus mencintai. " Audina tersenyum mengingat dirinya sendiri.

"Eh kok lo berdua jadi sad girl gini sih?" Vera menatap keduanya kesal.

"Dih siapa?? Gue? Najis lah yaa, udah bukan jaman lagi, itu gue menghibur aja. " Audina mengelak dengan mendelikkan matanya sinis ke arah Vera.

"Iyaa dah, percaya gue, Na. "
"Yaa pokoknya lo coba dulu move on dari si Raskal itu, Dy, pasti bisa! Gue team lo," lanjut Vera memberikan semangat dan dukungannya.

"Aaa sip tuh, gue juga, Dy. Fighting! " Audina mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke atas, tanda berjuang.

"Makasih Na, Ra. Terharu." Melody dengan refleks memeluk kedua temannya itu.

"Idih"
"Najis"
Audina dan Vera spontan berucap dan melepaskan pelukan Melody.

"Iih kok gituu, menghancurkan momen haru nih kalian." Melody berkacak pinggang melihat kedua temannya.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang