Khitbah

22.7K 989 2
                                    

Ivanna menatap Risa yang masih menatapnya berdiri didepan kamar.

"Sepertinya mama harus ucapin makasih ke Zahra." Ucap Ivanna akhirnya dengan senyum tipis yang membingkai indah diwajahnya.

"Ya udah turun yuk ma, katanya tadi keluarga kak Hersa sudah menunggu." Lanjut Ivanna dan menggandeng tangan Risa yang akhirnya tersadar.

Ivanna berjalan di belakang Risa dengan wajah tertunduk malu. Jantungnya masih saja berdetak dengan cepat.

"Assalamu'alaikum." Ucap Ivanna pelan dengan wajah yang ia tundukkan karena malu.

Seketika semua yang hadir di sana menatap Ivanna yang baru saja tiba.

Ivanna semakin menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah karena malu.

"Masyaa Allah cantiknya Ivanna." Puji Dian dengan mata yang masih menatap Ivanna penuh kekaguman.

"Alhamdulillah. Makasih tante." Ucap Ivanna pelan tapi masih dapat didengar.

Ivanna dan Risa beranjak duduk di depan keluarga Hersa.

"Nah karena sudah berkumpul semua. Silakan pak Ridho mengutarakan maksud dan tujuannya datang kemari." Ucap Akbar paman dari Ivanna, kakak tertua ayahnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya terima kasih kepada Pak Awan dan keluarga yang sudah berkenan menerima kami semua di sini. Adapun maksud dan tujuan kami datang ke sini ialah untuk bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan segaligus berniat untuk meminang putri bapak untuk anak kami Hersa Pradipta. Silakan nak." Kata Ridho dan menengok kearah Hersa yang langsung mengerti maksudnya.

"Bismillahhirrahmanirrahim. Saya Hersa Pradipta dengan niat karena Allah dan kemantapan hati, bermaksud untuk meminang Ivanna Scharletta untuk menjadi istri saya. Dengan ini saya meminta restu dan persetujuan bapak dan ibu."

"Terima kasih atas niat baik yang telah nak Hersa sampaikan. Untuk persetujuan kami serahkan kembali kepada anak kami Ivanna, karena ia yang menjalaninya nanti." Jawab Awan sambil melirik Ivanna yang masih menunduk.

"Jadi bagaimana nak Ivanna?" Tanya paman Akbar kepada Ivanna.

Ivanna mulai mengangkat wajahnya yang sudah berwarna pucat pasi itu. Ivanna berulang kali menarik dan menghembuskan napasnya, kemudian senyum manis pun terbit dari bibir mungilnya.

"Bismillahhirrahmanirrahim. Saya Ivanna Scharletta dengan kemantapan hati, Insyaa Allah bersedia menerima pinangan dari Hersa Pradipta." Ucap Ivanna dengan suara lembut dan lirih.

"Alhamdulillahirabbil 'alamin." Ucap semua orang yang ada disana dengan perasaan haru.

Dian menghampiri Ivanna dengan membawa kotak beludru berwarna merah yang tadi diberikan Hersa.

Kemudian Dian mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Sebuah cincin berwarna rose gold dengan permata.

Dian memasangkan cincin itu dengan lembut ke jari manis Ivanna.
Selesai memasangkan cincin itu ke jari manis Ivanna, Dian memeluk erat tubuh Ivanna dengan mata berkaca-kaca karena terharu.

Ivanna membalas pelukan itu sama eratnya. Kemudian Ivanna melepaskan pelukan dan meraih tangan Dian untuk diciumnya.

Hersa memperhatikan semua itu dengan perasaan haru luar biasa. Hersa sempat terkejut melihat perubahan Ivanna yang sangat berbeda dari Ivanna tiga tahun yang lalu.

Hersa merasa orang tuanya tidak salah memilihkan seorang perempuan. Walaupun mungkin masih ada kekurangan dalam diri Ivanna, Hersa berjanji akan menerima keadaan Ivanna apapun itu. Ia yang akan menuntun Ivanna menjadi yang lebih baik lagi. Memang itu kan tanggung jawab seorang suami? Menuntun istrinya menuju jannah. Tetapi tentunya dengan cara yang baik. Tidak memaksa dan tidak pula membiarkan.

MY PERFECT HUSBAND (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang